Setelah relatif stagnan dalam kurun tiga tahun, penjualan mobil di dalam negeri pada 2018 kembali menggeliat. Kehadiran pemain baru turut mengubah peta dan persaingan bisnis mobil Tanah Air.
Nazmi Haddyat Tamara
Oleh Nazmi Haddyat Tamara
11 Februari 2019, 16.27
Pelabuhan

 

Penjualan kendaraan roda empat mulai menunjukkan tren positif selama tahun lalu. Di tengah stagnansi ekonomi global, penjualan mobil mampu menembus angka psikologis baru sebanyak 1,15 juta unit --setelah tiga tahun bertengger di kisaran 1 jutaan unit. Selain itu, persaingan ketat kembali terjadi pada segmen mobil keluarga dengan hadirnya para pendatang baru.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil sepanjang 2018 tumbuh 6,86% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah penjualannya melebihi target yang dicanangkan sebesar 1,1 juta unit.

Puncak penjualan mobil Indonesia terjadi pada 2013 lalu sebanyak 1,23 juta unit. Setelah itu, angka penjualannya terus melorot, yaitu 1,20 juta unit pada 2014 dan 1,01 juta unit di tahun 2015 atau turun 16% dalam dua tahun.

Selanjutnya, penjualan mobil mulai membaik dengan mencatatkan pertumbuhan pada 2016 sebanyak 1,06 juta unit. Setahun berselang, naik lagi menjadi 1,07 juta.

Mobil Keluarga Masih Juara

Secara lebih detail, Grup Astra yang menaungi agen tunggal pemegang merek (ATPM) Toyota, Daihatsu, Isuzu dan Peugeot tetap memimpin dengan penguasaan pasar 51% sepanjang 2018. Toyota dan Daihatsu menjadi tulang punggung Astra dengan masing-masing pangsa pasar 30,59% dan 17,61%.

Namun, ada perubahan posisi pangsa pasar. Daihatsu merangsek naik ke posisi ke-2 menggeser Honda yang harus rela turun ke posisi ke-3. Selain itu, Mitsubishi menggeser posisi Suzuki di tempat ke-4. Di bawahnya tidak banyak perubahan posisi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan kelas mobil, Low Multi Purpose Vehicle (LMPV) masih mendominasi pangsa pasar pada 2018. Segmen yang lebih dikenal dengan “mobil keluarga” ini menguasai 25% dari total penjualan mobil atau sebanyak 28 ribu unit.

LMPV andalan Toyota menjadi penguasa pada segmen ini. Avanza membukukan penjualan 82 ribu unit sekaligus menjadi mobil terlaris sepanjang tahun lalu.

Persaingan ketat terjadi pada segmen ini dengan adanya Xpander. LMPV pendatang baru besutan Mitsubishi ini terjual sebanyak 75 ribu unit, sehingga menempati posisi kedua menggeser Xenia dan Ertiga yang masing-masing terjual 29 ribu dan 32 ribu unit.

Pendatang baru yang juga mencetak hasil mengesankan adalah Confero. LMPV asal Tiongkok dengan merek Wuling ini terjual 11 ribu unit tahun lalu. Angka penjualannya menempel ketat Honda yang terjual 16 ribu unit pada kelas mobil keluarga ini.

Segmen kedua terlaris diisi oleh Low Cost Green Car (LCGC). Kelas mobil murah ramah lingkungan ini terjual 23 ribu unit atau sebesar 20% dari total penjualan. Segmen ini juga dikuasai Toyota dan Daihatsu dengan porsi 40% dan 33% dari total penujalan LCGC.

Lampu Kuning untuk Toyota?

Meski masih memimpin pasar, pangsa Toyota mulai tergerus sejak 3 tahun terakhir. Pada 2016, Toyota mampu mencatatkan pangsa pasar sebesar 35%, namun kemudian menurun menjadi 34,5% dan terakhir 30,6% pada tahun lalu.

Penurunan pangsa pasar juga terjadi hampir di semua merek yang sudah eksis di kancah penjualan mobil Indonesia. Honda dan Suzuki juga turun masing-masing 3,2% dan 0,1%.

Kenaikan cukup signifikan terjadi pada Mitsubishi Motors. Sepanjang tahun lalu, Mitsubishi meraih pangsa pasar 12,4% atau naik 5% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh melesatnya penjualan Xpander sebanyak 75 ribu unit --sekaligus menjadi produk terlaris Mitsubishi dan menyumbang 52% dari total penjualan.

Brand yang juga melesat naik adalah pendatang baru asal Tiongkok: Wuling Motors. Hanya dalam waktu 2 tahun masuk ke pasar Indonesia, Wuling sudah meraih pangsa pasar 1,5%.

Sebagai langkah debut, angka ini cukup mengesankan di saat merek lain masih berkutat di bawah 1%. Confero menjadi produk andalan Wuling yang masuk pasar mobil keluarga atau LMPV.

Kehadiran pemain baru di kelas LMPV dengan berbagai penawaran membuat pasar mobil Indonesia semakin ketat. Xpander yang masuk dengan teknologi mutakhir dan desain eksterior modern, juga Confero yang dibanderol dengan harga rendah, telah mengusik dominasi Toyota. Pangsa pasar Toyota diprediksi akan menurun jika tidak ada inovasi berarti dari pabrikan tiga elips ini.

Panggung Baru Produsen Tiongkok

Kedatangan Wuling dengan Confero tak hanya menggangu pangsa pasar Toyota. Sebaliknya, ini angin segar bagi produsen-produsen mobil asal Tiongkok. Bersama DFSK, Wuling turut menaikkan pangsa pasar mobil Tiongkok di Indonesia menjadi 1,61% pada 2018 atau meningkat 1,1% dibanding tahun sebelumnya.

Di sisi lain, ini pertama kalinya dominasi Jepang turun. Saat ini, pangsa pasar Jepang 97,53% atau menurun 0,88% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 98.41%.

Kondisi ini sejalan dengan turunnya dominasi Toyota, namun masih terselamatkan oleh kenaikan Mitsubishi. Pabrikan asal Asia lain dan Eropa juga Amerika masih stagnan, bahkan cenderung turun.

Masuknya kembali mobil Tiongkok bukan isapan jempol belaka. Setelah Chery dan Geely yang redup dalam beberapa tahun terakhir, duet Wuling dan DFSK masuk Indonesia dengan modal awal yang lebih matang. Investasi besar digelontorkan tak hanya untuk pemasaran, namun membangun pabrik dan layanan purnajual juga mumpuni.

Setelah sukses memulai debut di kelas MPV dengan Confero dan Cortez, Wuling pada tahun ini mencoba peruntungan masuk kelas SUV dengan membawa Almaz. Sedangkan DFSK masih fokus membangun nama dengan memasukkan Glory pada kelas SUV.

Bukan tidak mungkin, pada beberapa tahun ke depan kedua merek ini akan membawa pemain baru pada segmen mobil lainnya.

Seperti produk pada sektor lainnya, hal paling menarik yang ditawarkan oleh produsen negara tirai bambu tersebut adalah harga yang lebih terjangkau. Dibandingkan produsen dari negara lain, harga yang dipatok cenderung lebih rendah dengan spesifikasi setara, bahkan lebih baik.

***


Editor: Nazmi Haddyat Tamara