Harga minyak mentah dunia, dalam tiga bulan terakhir bergerak naik turun terbawa oleh isu geopolitik Iran - Amerika, merosotnya ekonomi Venezuela, juga keputusan OPEC. Matt Badiali, analis senior Banyan Hill menyebut ada potensi harga minyak dunia menyentuh level US$ 120 per barel pada akhir tahun nanti.
Pendapat serupa, juga disampaikan Chief Executive Officer (CEO) Total, Patrick Pouyanne. Bos besar perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Prancis itu mengkawatirkan akibat geopolitik Iran - Amerika ada potensi harga minyak dunia bergerak ke level US$ 100 per barel pada akhir tahun. Kecenderungan terbentuknya harga ini, menurut riset The Oxford Institute for Energy Studies karena pengaruh perbedaan permintaan dan penawaran cukup tipis.
Volatilitas minyak dunia ini menjadi ketidakpastian bagi kontraktor migas, pemerintah, dan juga investor. Tulisan ini akan menyajikan perbandingan negara-negara mana yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan harga minyak dunia.
Produsen Minyak Terbesar
Stok minyak dunia bergerak naik turun seiring aktivitas tiga negara utama penghasil minyak yakni Amerika Serikat, Arab Saudi dan Rusia.
Stok tanker Arab Saudi pada Juli lalu mencapai 10,6 juta barel per hari (bph), level tertinggi yang pernah dicapai. Peningkatan ini terjadi sebulan setelah kesepakatan OPEC dan Rusia serta beberapa negara sekutunya.Dalam kesepakatan tersebut, Arab Saudi sebagai eksportir terbesar di OPEC telah berkomitmen meningkatkan produksi hingga 1 juta bph menjadi 11 juta bph.
Di luar negara-negara OPEC, Rusia dan Amerika adalah produsen minyak yang juga melimpah. Data Energy Information Administration (EIA) 2017 menyebut pada November 2017 lalu, produksi minyak Amerika mencapai 16,7 juta bph.
Cadangan Minyak Terbesar
Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, melalui akun twitternya menuding negara-negara OPEC berada dibalik kontrol harga minyak dunia. Bukan hanya sekali, cuitan Trump yang menyinggung monopoli OPEC soal minyak ini sudah dilakukan beberapa kali sejak April lalu.
Bukan tanpa alasan, buletin tahunan OPEC per Desember 2017 lalu menyebut, negara-negara eksportir minyak ini menguasai 81,89 persen dari total cadangan minyak seluruh dunia yang mencapai 1.482,77 miliar barel. Sedangkan untuk cadangan minyak bumi negara-negara non-OPEC jumlahnya hanya 268,56 miliar barel (18,11 persen).
Ganti tipe chart
Adapun temuan cadangan terbukti yang jumlahnya besar ada di Timur Tengah. Cadangan terbukti berhasil ditingkatkan berkat kemajuan teknologi lanjut dan eksplorasi yang intensif dari para anggotanya. Negara dengan angka cadangan terbukti terbesar adalah Venezuela mencapai 302,81 miliar barel. Cadangan yang dimiliki negara ini mencapai 24,9 persen dari cadangan total global.
Eksportir Terbesar
The New York Time pada 2015 lalu, merunut korelasi kenaikan harga minyak dunia dengan pasokan dan permintaan. Harga minyak dunia terekam pernah melejit hingga menyentuh level US$ 140 per barel pada 2008, terjadi karena kekhawatiran pasokan minyak terganggu akibat perang Irak.
Kondisi saat ini, pasokan minyak mentah dunia juga dikhawatirkan terganggu karena dua hal yakni rencana penerapan sanksi Amerika ke Iran dan produksi minyak Venezuela yang telah turun drastis hingga 50 persen. Adrian Lara, analis migas dari GlobalData memprediksi, pada 2019 Venezuela tidak akan punya cukup minyak untuk diekspor.
Masalah lain yang saat ini sedang dicermati berbagai negara adalah, potensi kekurangan pasokan minyak ketika sanksi Amerika terhadap Iran berlaku November nanti. Isu Iran menjadi fokus dunia internasional karena memasok 8 persen dari kebutuhan minyak global. Data JODI per April lalu, lima besar eksportir minyak global adalah Arab Saudi, Rusia, Irak, Kanada dan Iran.
Importir Terbesar
Mulai November 2018, semua negara importir minyak yang berasal dari Iran, waspada dengan sanksi yang diberikan oleh Amerika ke Iran. Sebab, penerapan sanksi ini berdampak pada terhentinya transaksi yang menggunakan jasa perusahaan berbasis di Amerika untuk ditransaksikan ke Iran.
Risiko terhentinya impor minyak tersebut telah disampaikan Gedung Putih ke berbagai perwakilan negara Eropa pada akhir Juni lalu. Bloomberg Tanker Tracking per Juli lalu melaporkan impor dari Iran telah turun 220 ribu barel atau 41 persen dibandingkan April.
Selain Eropa, negara-negara seperti India, Cina, Jepang dan Korea Selatan termasuk ikut terkena imbas. Empat negara ini selama ini tercatat sebagai salah satu importir terbesar dari Iran. Iran dalam hal ini, memasok 8 persen kebutuhan minyak mentah dunia.
Data JODI April 2018, kebutuhan impor minyak dunia tercatat 45 juta barel per hari. Negara importir terbesar adalah Cina mencapai 21 persen (9 juta bph), diikuti oleh Amerika Serikat 8 juta bph (18 persen). Negara lain yang masuk 15 besar importir minyak dari volume besar ke kecil adalah India, Jepang, Korea Selatan, Jerman, Spanyol, Italia, Belanda, Thailand, Perancis, Singapura, Kanada, Inggris, dan Taiwan.
Konsumen Minyak Terbesar
BP Statistical Review 2018 mencatat dalam tiga puluh tahun terakhir rata-rata konsumsi minyak dunia meningkat 1,2 juta bph per tahun dan permintaan tertinggi ada di kawasan Asia Pasifik. China berada di peringkat teratas dengan konsumsi naik 30 persen, disusul oleh India 10 persen dan Korea Selatan naik 6 persen.
Konsumsi minyak Indonesia tercatat lebih kecil dengan peningkatan 3 persen, namun dari 88 negara yang direkap, Indonesia berada di urutan ke-9 negara dengan laju pertumbuhan konsumsi tertinggi.
Sumber : BP Statistical Review 2018
Note : pilih negara untuk melihat persentase konsumsi negara terhadap total konsumsi global. Pada sisi kanan ditampilkan historis konsumsi negara untuk satu dekade terakhir.
Editor: Agus Dwi Darmawan