Pencurian Data Pengguna E-Commerce Kian Marak
Awal Mei 2020, sekelompok peretas bernama ShinyHunters mengklaim berhasil membobol data pelanggan Tokopedia. Sebanyak 91 juta data pengguna dan lebih dari tujuh juta data merchant di platform marketplace tersebut disedot lalu diperjualbelikan seharga US$ 5.000 atau sekitar Rp 74,5 juta dengan kurs Rp 14.900 per dolar AS.
(Baca: Data Tokopedia Dikabarkan Diretas dan Dijual Seharga Rp 73 Juta)
Tak lama setelahnya, peretas yang sama juga berhasil membobol e-commerce Bhinneka. ShinyHunters mengklaim telah mendapatkan 1,2 juta data pengguna yang dijual seharga US$ 18.000 atau Rp 17,9 juta. Bukalapak juga pernah mengalami peretasan oleh Gnosticplayers. Data yang bocor sebesar 13 juta data pengguna dan dijual senilai US$ 5.000 atau Rp 74,5 juta.
(Baca: Cara dan Trik Hacker Meretas Data selama Pandemi Corona)
(Baca: Serangan Siber Ancam Indonesia)
Para peretas memanfaatkan pandemi Covid-19 untuk mengelabui para pengguna internet menggunakan kata kunci “corona” atau Covid-19. Tiga pola yang paling dominan adalah cara penipuan melalui e-mail (phising), penguncian perangkat saat install aplikasi, dan memancing pengguna masuk ke situs bertema “corona”.