Pengamat Minta Masyarakat Skeptis dengan Deklarasi Dukungan Capres

Aryo Widhy Wicaksono
29 Maret 2022, 19:37
Peserta penyadang disabilitas mengikuti simulasi pemungutan dan penghitungan suara dengan desain surat suara dan formulir yang disederhanakan untuk pemilu tahun 2024 di Halaman Kantor KPU, Jakarta, Selasa (22/3/2022). Penyelenggaraan simulasi ini dalam ra
ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.
Peserta penyadang disabilitas mengikuti simulasi pemungutan dan penghitungan suara dengan desain surat suara dan formulir yang disederhanakan untuk pemilu tahun 2024 di Halaman Kantor KPU, Jakarta, Selasa (22/3/2022). Penyelenggaraan simulasi ini dalam rangka mempersiapkan dan menyukseskan pemilu 2024 secara maksimal.

Pelaksanaan Pemilu 2024 masih akan digelar pada 14 Februari 2024. Meski masih berselang 23 bulan ke depan, tetapi aromanya sudah mulai tercium saat ini dengan maraknya deklarasi dukungan terhadap kandidat Calon Presiden (Capres).

Satu persatu organisasi masyarakat bermunculan untuk mengumumkan jagoan mereka sebagai kandidat.

Menurut Emrus Sihombing, Dosen Tetap Pascasarjana Universitas Pelita Harapan, aksi deklarasi dukungan terhadap para kandidat capres saat ini masih menjadi penghias dalam dinamika politik.

"Ini sebagai make up politik, untuk mempercantik," ujar Emrus kepada Katadata.co.id, Selasa (29/3).

Ada dua alasan utama menurutnya yang melandasi deklarasi tersebut dilakukan. Pertama adalah upaya organisasi masyarakat untuk mendapatkan perhatian dari kandidat yang mereka usung, dengan harapan mendapatkan imbal jasa jika tokoh tersebut menduduki jabatan.

Alasan lainnya adalah upaya dari kandidat yang diusung untuk meningkatkan popularitasnya. "Bagaimanapun, kegiatan politik tidak ada makan siang yang gratis," jelasnya.

Secara etika politik, ia berharap organisasi yang menyampaikan deklarasi maupun tokoh yang diusung, dapat memberikan afirmasi secara transparan kepada publik mengenai kaitan mereka. Hal ini diperlukan agar masyarakat pun dapat memahami siapa kandidat dan gerbong pengusungya.

Tanpa adanya keterbukaan komunikasi, Emrus meminta masyarakat tetap skeptis dalam melihat beragam dukungan ini. "Mereka akan menjadi pemimpin kita, perlu suatu ketegasan untuk menerima atau menolak dukungan."

Tak hanya itu, tanpa afirmasi yang jelas, masyarakat pun akan kesulitan untuk mempelajari peta politik para kandidat. Terutama jika nanti nama yang diusung betul-betul menjadi capres pada Pemilu 2024.

Halaman:
Reporter: Aryo Widhy Wicaksono
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...