Lima Tragedi Sepak Bola Terburuk di Dunia, Stadion Kanjuruhan Nomor 2

Aryo Widhy Wicaksono
2 Oktober 2022, 14:04
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022).
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022).

Kerusuhan suporter usai duel Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada perhelatan Liga 1, Sabtu (1/10) malam di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, menyebabkan sedikitnya 127 korban jiwa dan 180 lainnya mengalami luka-luka. Selain itu, kondisi stadion yang hancur, serta beberapa kendaraan dan fasilitas umum dirusak. 

Meski kepolisian mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat tragedi ini mencapai 127 orang per Minggu pagi (2/10), sementara media asing melaporkan total mencapai 129 orang. Namun, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mendapatkan informasi bahwa jumlahnya terhitung hingga 153 orang. 

Advertisement

Jumlah korban jiwa dalam peristiwa ini merupakan tragedi sepakbola kedua terburuk di dunia.

Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, berikut lima tragedi terburuk sepakbola di dunia, berdasarkan korban jiwa.

1. Estadio Nacional, Lima (1964)

Tragedi paling mematikan terjadi di Peru. Kemarahan atas gol yang dianulir pada akhir pertandingan penting kualifikasi Olimpiade antara Peru melawan Argentina pada 24 Mei 1964, menyebabkan suporter Peru menginvasi lapangan.

Kepolisian yang menjaga lantas menembakkan gas air mata ke arah kerumunan dengan maksud meredakan kericuhan.

Gas air mata menyebabkan para suporter panik dan ketika mereka mencoba melarikan diri keluar stadion, ternyata gerbang keluar masih dalam posisi tertutup.

Akibatnya sekitar 328 orang tewas dalam tragedi ini. Banyak orang di Peru percaya bahwa jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.

2. Stadion Kanjuruhan, Malang (2022)

Kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan sepak bola Antara vs Persebaya
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan sepak bola Antara vs Persebaya (Antara/Vicki Febrianto)

Kerusuhan terjadi setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya selesai. Persebaya menang 3-2 dari Arema FC dalam laga lanjutan BRI Liga 1 2022/2023 ini.

Usai peluit panjang berbunyi, sontak suporter Aremania merangsek masuk ke lapangan, dan menyerang pemain klub kesayangan mereka. Sementara pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan menggunakan kendaraan barracuda Polri.

Tak hanya menyerang sejumlah pemain Arema FC, suporter juga melemparkan suar atau flare, dan benda lainnya yang dapat mereka raih. Bahkan terlihat sejumlah titik api di dalam stadion.

Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dengan menembakkan gas air mata.

Akibatnya, ribuan suporter di tribun panik dan berusaha melarikan diri. Di antara mereka akhirnya banyak yang pingsan dan kesulitan bernapas karena berjejalan untuk keluar stadion.

3. Stadion Olahraga Ohene Djan, Accra (2001)

Kericuhan terjadi pada 9 Mei 2001 ketika pertandingan liga antara dua tim sepak bola top Ghana, Accra Hearts of Oak dan Asante Kotoko.

Suporter yang kecewa terhadap jalannya pertandingan mulai melemparkan beragam benda ke lapangan.

Sikap ini direspons polisi dengan menembakkan gas air mata. Kepanikan akibat terkena gas air mata membuat ribuan suporter memilih melarikan diri. Sama halnya dengan yang terjadi di Lima, Peru, ketika keluar, mereka mendapati terjebak oleh pintu keluar yang masih dalam posisi tertutup.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement