Imbas Perang Dagang, Tiongkok Hapus Kuota Impor 3 Komoditas Pertanian
Kementerian Perdagangan Tiongkok berencana menghapus kuota impor tiga komoditas pertanian ke negaranya, yaitu minyak kedelai (soybean), minyak rapeseed, dan minyak sawit pada Rabu (7/8). Rencana ini muncul usai keputusan Tiongkok berhenti membeli produk pertanian dari Amerika Serikat (AS), imbas sentimen perang dagang.
Dikutip dari Reuters, tiga komoditas tersebut telah dihapus dari daftar rancangan kuota tarif, sebagaimana yang tercantum dalam laman resmi Kementerian Perdagangan Tiongkok. "Ini artinya, komoditas tersebut tidak dikenakan pembatasan seperti produk gandum, jagung, dan beras," tulis pengumuman tersebut.
Namun, rancangan kebijakan tersebut masih bersifat terbuka terhadap masukan publik sampai 22 Agustus mendatang.
(Baca: Hadapi Perang Dagang, Saatnya Indonesia Mengejar Vietnam)
Sebelumnya, Tiiongkok memutuskan untuk berhenti membeli produk pertanian AS sebagai balasan terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan tarif impor barang Tiongkok sebesar 10% atau senilai US$ 300 miliar.
Hal ini dianggap Tiongkok sebagai pelanggaran serius atas negosiasi dagang Trump dengan Presiden Xi Jinping beberapa waktu lalu. "Perusahaan Tiongkok terkait telah menghentikan pembelian produk pertanian AS," dikutip dari kantor berita Tiongkok, Xinhua.
Padahal dalam pertemuan G20 di Osaka, Jepang pada Juni lalu, kedua negara telah menyepakati negosiasi perdagangan dan ekonomi. AS pun menyatakan tidak akan menerapkan tarif kepada produk Tiongkok, sementra Beijing sepakat membeli produk pertanian AS.
(Baca: Dampak Perang Dagang, Tiongkok Setop Pembelian Produk Pertanian AS)
Namun pada minggu lalu, Trump kembali mengumumkan kebijakan kontriversial berupa rencana pengenaan tarif pada impor Tiongkok senilai US$ 300 miliar yang mulai berlaku 1 September 2019.
Adapun kebijakan tersebut langsung direspons keras oleh Beijing melalui langkah retaliasi. Tiongkok meminta AS konsisten dengan kesepakatan hasil pertemuan kedua negara.
Penangguhan pembelian produk pertanian berdampak terhadap petani AS. Dikutip dari South China Morning Post, Presiden Federasi Biro Pertanian AS Zippy Duvall mengatakan keputusan Tiongkok merupakan pukulan berat bagi ribuan petani dan peternak AS yang berjuang untuk tetap hidup.