HSBC hingga Li Ka-shing Minta Stabilitas Hong Kong Dipulihkan

Hari Widowati
23 Agustus 2019, 10:53
rusuh di Hong Kong, demonstrasi Hong Kong, dampak rusuh Hong Kong terhadap ekonomi, HSBC, Li Ka-shing, Stanchart
ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu
Pengunjuk rasa anti uu ekstradisi berpawai menuntut demokrasi dan reformasi politik, di Hong Kong, China, Minggu (18/8/2019).

Perbankan global seperti HSBC, Standard Chartered, dan Bank of East Asia hingga orang terkaya di Hong Kong, Li Ka-shing, meminta stabilitas politik di wilayah tersebut dipulihkan. Jika tidak, posisi Hong Kong sebagai salah satu pusat finansial global bakal terancam.

HSBC, yang sudah menjalankan bisnisnya di Hong Kong sejak 1865, memasang iklan di lima surat kabar lokal, termasuk Hong Kong Economic Journal, Wen Wei Po, dan Ming Pao. "Stabilitas sosial dan kualitas untuk tetap tenang menghadapi berbagai tantangan adalah kunci kesuksesan Hong Kong," kata HSBC dalam iklan yang dimuat Kamis (22/8), seperti dikutip CNBC Business.

Advertisement

Penegakan hukum sangat penting untuk mempertahankan status Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional. Oleh karena itu, HSBC mendukung pendekatan damai untuk memecahkan masalah-masalah di kawasan tersebut.

Standard Chartered, bank asal Inggris yang sudah beroperasi selama 160 tahun di Hong Kong, dalam iklannya di beberapa surat kabar mendukung pemerintah Hong Kong dan prinsip "Satu negara, dua sistem" yang diterapkan di Hong Kong sejak bekas koloni Inggris itu dikembalikan ke Tiongkok pada 1997.

Stanchart memasang iklan satu halaman penuh di tiga media cetak, Kamis (22/8). "Hanya di lingkungan yang damai dan rasional kita bisa memfasilitasi komunikasi, memecahkan perbedaan, dan membuka masa depan yang indah bagi kota metropolitan internasional ini," tulis Stanchart.

(Baca: Bursa Saham Asia Berguguran Gara-gara Aksi Demonstrasi di Hong Kong, IHSG Turun 0,47% di Sesi I)

Stanchart mengharapkan ada resolusi damai yang bisa memecahkan gejolak sosial di Hong Kong. Dengan demikian, posisi Hong Kong sebagai pusat finansial global tetap terjaga.

Aksi unjuk rasa menolak Rancangan Undang-Undang Ekstradisi telah memasuki pekan ke-12 sejak Juni 2019. Pemimpin aksi mengklaim ada 1,7 juta orang yang bergabung dalam aksi damai, Minggu (18/8) lalu. Unjuk rasa akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan.

Berbagai insiden bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan terjadi. Pekan lalu, seorang wartawan dari Tiongkok ditahan para pengunjuk rasa di Bandara Internasional Hong Kong. Bulan lalu, sekelompok preman yang bersenjatakan lempengan besi dan alat pemukul lainnya menyerang para demonstran di stasiun kereta bawah tanah. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement