Jelang Kenaikan Tarif, AS-Tiongkok Beri Sinyal Bakal Berunding
Kenaikan tarif bea masuk tambahan oleh Amerika Serikat (AS) bakal berlaku awal September 2019. Jelang kebijakan itu, AS dan Tiongkok justru memberi sinyal bakal melanjutkan negosiasi.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, sempat ada beberapa diskusi kemarin (29/8). Kedua negara juga sudah menjadwalkan lebih banyak pembicaraan lanjutan.
“Ada pembicaraan yang dijadwalkan hari ini (Kamis) pada tingkat yang berbeda," kata Trump saat wawancara dengan wartawan Fox News Radio, dikutip dari Reuters, kemarin (29/8) malam. Namun, ia tidak merinci diskusi yang dimaksud.
Trump yakin Tiongkok akan membuat kesepakatan. Sebab, ada tekanan bahwa kenaikan tarif bea masuk bakal menghilangkan beberapa pekerjaan di Negeri Panda. “Saya pikir mereka harus membuat kesepakatan," katanya.
(Baca: Sinyal Positif Negosiasi Dagang AS-Tiongkok Bawa Harga Emas Turun)
Mulai awal pekan depan, Trump bakal menarik biaya 15% atas produk Tiongkok senilai US$ 125 miliar lebih. Barang-barang itu meliputi pengeras suara pintar (smart speaker), headphone bluetooth hingga berbagai jenis alas kaki. Sedangkan kenaikan tarif untuk produk elektronik berlaku mulai 15 Desember.
Secara rinci, AS mengenakan tarif bea masuk hingga 30% terhadap produk Tiongkok senilai US$ 250 miliar. Walaupun, barang itu sudah dikenakan tarif 25%. Karena itu, Kantor Perwakilan Dagang AS masih akan mengumpulkan tanggapan masyarakat terkait kebijakan itu, hingga 20 September.
Permintaan Tiongkok agar AS Membatalkan Kenaikan Tarif
Juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok Gao Feng mengatakan bahwa Tiongkok berharap AS dapat membatalkan kebijakan kenaikan tarif. Hal ini untuk menghindari eskalasi dalam perang perdagangan.
"Yang paling penting saat ini adalah menciptakan kondisi yang diperlukan bagi kedua belah pihak untuk melanjutkan negosiasi," kata dia.
(Baca: Tiongkok Bantah Klaim Trump, Rupiah Melemah Tipis)
Gao mengatakan, Tiongkok sebenarnya sudah menyiapkan langkah balasan atas kenaikan tarif oleh AS. Namun, di tengah situasi saat ini, ia menilai bahwa negosiasi di antara kedua negara semestinya fokus pada kemungkinan pembatalan aturan tarif.
Berdasarkan catatan Reuters, Trump berusaha menekan Tiongkok selama dua tahun terakhir. Saat ini, perang dagang di antara kedua negara berujung pada ancaman perang tarif.
(Baca: Tiongkok Tak Ingin Perang Tarif, Penguatan Kurs Rupiah Berlanjut)