Mengapa Tol Cipularang Rawan Kecelakaan?

Pingit Aria
3 September 2019, 20:39
Kendaraan terjebak kemacetan saat pemberlakuan \"Contra Flow\" di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Pemberlakuan \"Contra Flow\" tersebut diberlakukan selama proses olah tkp kecelakaan beruntun di KM 91 ole
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Kendaraan terjebak kemacetan saat pemberlakuan \"Contra Flow\" di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Pemberlakuan \"Contra Flow\" tersebut diberlakukan selama proses olah tkp kecelakaan beruntun di KM 91 oleh petugas berwenang.

Tol Cipularang yang menghubungkan Cikampek-Purwakarta-Padalarang kembali menelan korban. Terakhir, tabrakan beruntun pada Senin (2/9), menewaskan 8 korban jiwa, juga mengakibatkan 3 orang luka berat dan 21 orang luka ringan.

Kecelakaan di kilometer 91 arah Jakarta tersebut melibatkan melibatkan 20 kendaraan, termasuk dua dump truck. Sejak diresmikan pada 2005, telah beberapa kali kecelakaan fatal terjadi pada kawasan ini.

Advertisement

Pada 18 Mei 2017, 10 kendaraan terlibat tabrakan beruntun di lokasi yang sama. Tiga orang meninggal dan puluhan lainnya luka-luka akibat kecelakaan tersebut. Di antara kendaraan yang terlibat, ada trailer, minibus dan bus.

Sebelumnya, Pada 22 Desember 2012, 7 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka dalam kecelakaan lalu lintas di Tol Cipularang kilometer 100, pada perbatasan Purwakarta-Bandung.

Kecelakaan itu terjadi ketika bus pariwisata Perusahaan Otobus Tristart bernomor polisi R-1696-EA bertabrakan dengan truk tronton. Kecelakaan terjadi setelah bus yang membawa wisatawan itu melintasi jalan Tol Cipularang arah Jakarta dengan kecepatan tinggi dan kehilangan kendali. 

(Baca: Pasca-Kecelakaan Beruntun, Menhub Perintahkan Evaluasi Tol Cipularang)

Kemudian, dua kecelakaan serupa terjadi di kilometer 87 pada 2014 dan 2015. Kedua kecelakaan ini pun melibatkan kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi dari Bandung ke Jakarta.

Pemerintah pun berencana mengevaluasi desain dan aspek geometrik ruas jalan tol tersebut. Sebab, kondisi jalan pada ruas tersebut cenderung menikung dengan beberapa turunan.

“Jadi kalau dari Bandung pasti kecenderungannya adalah kecepatan tinggi,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi di Jakarta, Senin (2/9).

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement