Negosiasi Dagang Buntu Karena Tiongkok Enggan Bahas Transfer Teknologi

Happy Fajrian
10 Oktober 2019, 11:15
perang dagang, transfer teknologi, tiongkok, amerika serikat
Dilok Klaisataporn/123RF.com
Negosiasi dagang selama dua hari di Washington DC, Amerika Serikat (AS), 10-11 Oktober 2019, berpotensi menemukan jalan buntu lantaran Tiongkok menolak membahas isu transfer teknologi.

Terkejut dan kecewa dengan dimasukkannya 28 perusahaan Tiongkok ke dalam daftar hitam oleh Amerika Serikat (AS), Pemerintah Tiongkok pesimistis kesepakatan dagang dengan AS dapat dicapai dalam dua hari perundingan, Kamis hingga Jumat, 10-11 Oktober 2019, di Washington DC, AS.

Pada awal pekan ini pemerintah AS menambah panjang daftar hitam perusahaan asal Tiongkok yang dilarang melakukan bisnis dengan perusahaan AS. Sebanyak 28 perusahaan Tiongkok ditambahkan ke daftar hitam tersebut atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap minoritas Muslim di Xinjiang.

Pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa meski mereka ingin membuat kesepakatan dengan AS dan menghentikan perang dagang, namun mereka pesimistis kesepakatan dapat dicapai dengan AS dalam dua hari perundingan di Washington.

Pasalnya, seperti diberitakan media Tiongkok, pemerintah Negeri Panda tersebut menolak untuk membahas soal kewajiban transfer teknologi perusahaan AS yang berbisnis di Tiongkok. Sedangkan isu tersebut merupakan salah satu isu yang paling krusial yang selama ini menjadi inti dari tuntutan pemerintah AS kepada Tiongkok.

(Baca: AS Tambahkan 28 Entitas Tiongkok dalam Daftar Hitam Karena Langgar HAM)

Dalam negosiasi selama dua hari kedepan ini, AS akan kembali berupaya untuk "memaksa" Tiongkok menghapus kebijakan tersebut untuk menghentikan perang dagang yang telah berlangsung selama 15 bulan dan menciptakan gejolak di perekonomian dunia.

Seorang pejabat pemerintah Tiongkok yang tidak mau disebut namanya mengatakan bahwa selama ini tidak ada paksaan bagi perusahaan AS untuk melakukan transfer teknologi. "Mereka melakukannya secara sukarela dan mereka mendapatkan keuntungan yang besar dari bisnisnya di Tiongkok," ujarnya, Kamis (10/10).

Dia mencontohkan, dari setiap penjualan produk iPhone seharga US$ 1.000 yang diproduksi di Tiongkok, Tiongkok hanya mendapatkan bagian dari penjualan tersebut sebesar US$ 70 per produk, sedangkan sisanya masuk ke perusahaan teknologi kebanggaan AS tersebut, Apple Inc.

Dengan perkembangan tersebut, diperkirakan akan sulit bagi kedua pihak untuk merumuskan suatu kesepakatan untuk menurunkan tensi perang dagang pada perundingan selama dua hari kedepan.

(Baca: Tiongkok Enggan Sepakati Penyelesaian Perang Dagang, Rupiah Kian Lemah)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...