Ada Optimisme Negosiasi Dagang AS-Tiongkok, Harga Minyak Tetap Melemah
Harga minyak mentah dunia melemah pada pembukaan perdagangan hari ini (28/11), meski ada optimisme negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Hal ini disebabkan persedian minyak mentah AS yang melebihi prediksi.
Berdasarkan data Reuters, harga minyak jenis Brent melemah 15 sen menjadi US$ 63,91 per barel pada pembukaan hari ini. Sedangkan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) dibuka menguat tipis 3 sen menjadi US$ 58,13 per barel pada pembukaan. Namun kemudian turun menjadi US$ 57,88 pada pukul 8.24 WIB.
Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, stok minyak mentah AS membengkak menjadi 1,6 juta barel pekan lalu. Hal ini karena produksi mencapai rekor tertinggi, menjadi 12,9 juta barel per hari. Padahal konsensus analis memperkirakan, pasokan minyak di Negeri Paman Sam turun 418.000 barel.
Selain itu, EIA menyebutkan bahwa persediaan bensin AS melonjak menjadi 5,1 juta barel. Jumlah tersebut juga melebihi ekspektasi pasar yang hanya 1,2 juta barel. Alhasil, harga bensin AS turun 3,63 sen atau 2,1%, menjadi US$ 1,67 per galon.
(Baca: Pertamina Tambah Impor Minyak Mentah dari AS 4,75 Juta Barel pada 2020)
EIA memperkirakan, produksi minyak mentah AS bakal meningkat lagi menyentuh rekor 12,9 juta barel per hari. “Ini tampaknya memberikan katalis signifikan di balik penjualan hari ini," kata President of Trading Advisory di Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dikutip dari Reuters, Kamis (28/11).
Apalagi, ada libur panjang pada akhir tahun ini. Volume perdagangan WTI pun menurun, dengan kontrak bulan depan yang berkurang sekitar 5% dibanding sesi sebelumnya.
Namun, ada beberapa sentimen positif bagi harga minyak pada perdagangan hari ini. Para pengebor minyak di AS dilaporkan mengurangi jumlah rig selama setahun berturut-turut. Jumlah rig mengindikasikan pasokan minyak ke depan.
(Baca: Dibayangi Negosiasi Dagang AS-Tiongkok, Harga Minyak Dibuka Melemah)
Berdasarkan data perusahaan jasa energi Baker Hughes Co, pengebor memotong tiga rig minyak dalam seminggu hingga 27 November. Alhasil, total jumlah rig turun menjadi 668, terendah sejak April 2017.
Selain itu, pelemahan harga minyak tertahan diskusi perdagangan AS dan Tiongkok. Harga minyak pun naik selama dua penutupan terakhir di tengah ekspektasi bahwa kedua negara bakal segera menyepakati negosiasi dagang.
"Optimisme kesepakatan perdagangan berlanjut," kata Broker Minyak PVM Tamas Varga. Hal ini dipicu oleh komentar dari Presiden AS Donald Trump pada Selasa lalu, yang mengatakan kedua negara hampir mencapai kesepakatan.
(Baca: Ada Optimisme Negosiasi Dagang AS-Tiongkok, Harga Minyak Menguat Tipis)