Sayur & Buah Diminati, Tiongkok Jadi Importir Barang Terbesar di 2019
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor nonmigas Indonesia secara kumulatif pada Januari hingga Desember 2019 mencapai US$ 148,8 miliar atau turun 6,30% dibanding tahun sebelumnya yang senilai US$ 158 miliar. Adapun Tiongkok, masih menjadi pemasok barang impor terbesar tahun lalu dengan nilai US$ 44,5 miliar.
"Dengan begitu, Tiongkok masih menjadi negara asal impor terbesar dengan peran hampir 30%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam Konferensi Pers di kantornya, Rabu (15/1).
Berdasarkan sepuluh besar komoditas HS 2 digit, sayuran menjadi komoditas yang mengalami peningkatan tertinggi di 2019 jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sayuran yang diimpor dari Tiongkok tercatat sekitar US$ 588,4 juta atau meningkat 11,67% dibanding 2018 sebesar US$ 526,9 juta.
(Baca: Ekspor-Impor Lesu, Defisit Neraca Dagang 2019 Turun jadi US$3,9 Miliar)
Barang impor lainnya dari Tiongkok yang juga mencatat peningkatan terbesar adalah komoditas buah-buahan dengan kenaikan 9,83% dari US$ 741,4 juta menjadi US$ 814,2 juta. Kemudian disusul impor mesin dan perlengkapan mekanis dengan kenaikan sebesar 8,21%, dari US$ 9,8 miliar menjadi US$ 10,6 miliar.
Impor kendaraan dan bagiannya juga tercatat meningkat 5,71% dari US$ 1,01 miliar menjadi US$ 1,07 miliar di 2019, diikuti komoditas plastik dan barang dari plastik juga 3,45% menjadi US$ 1,81 miliar. Begitu pun dengan impor filamen buatan Tiongkok yang naik 3,36% menjadi US$ 997,8 juta pada tahun lalu.
Meski begitu, ada pula beberapa barang impor asal Negeri Panda yang turun pada tahun lalu, seperti bahan kimia organik yang turun 8,91%, mesin dan perlengkapan elektrik turun 8,43%, barang lainnya 4,61%, besi dan baja 3,16%, serta barang dari besi dan baja menurun 1,11% dibanding tahun sebelumnya.
(Baca: BI Perkirakan Neraca Dagang Desember 2019 akan Surplus)
Selain Tiongkok, BPS juga mencatat Jepang dan Thailand sebagai importir terbesar RI pada tahun lalu. Adapun Jepang berperan 10,47% terhadap total impor nonmigas 2019 senilai US$ 15,59 miliar dan Thailand sebesar 6,32% atau senilai US$ 9,41 miliar.
Di peringkat berikutnya, negara asal impor terbesar lainnya juga ditempati Singapura 6,17%, Amerika Serikat 5,44%, Korea Selatan 4,89%, Malaysia 3,9% serta Australia 3,14%.