WHO Angkat Bicara soal Tudingan AS Terkait Asal-usul Virus Corona

Image title
Oleh Ekarina
5 Mei 2020, 05:13
Bicara soal Tudingan AS Terkait Asal-usul Virus Corona.
ANTARA FOTO/REUTERS/China Daily
Petugas medis dengan baju pelindung menyiapkan obat tradisional China (TCM) untuk pasien dengan virus corona. WHO merespons pernyataan AS soal asal usul virus corona di Tiongkok.

Organisasi Kesehatan Dunia  (WHO) angkat bicara terkait pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo bahwa virus corona berasal dari sebuah laboratorium di Tiongkok dan sudah memiliki bukti. WHO menyebut pernyataan AS tersebut  spekulatif dan meminta mereka melakukan penyelidikan berbasis sains.

Pompeo sebelumnya mengungkapkan bahwa virus itu muncul dari laboratorium di kota Wuhan Tiongkok,  tapi juga tak membantah kesimpulan badan intelijen A.S. bahwa itu bukan buatan manusia. 

(Baca: Eijkman Petakan Tiga Genom untuk Pelajari Vaksin dan Penyebaran Corona)

Pakar kedaruratan utama WHO, Mike Ryan, mengatakan pihaknya belum menerima bukti khusus data apa pun dari pemerintah AS yang terkait dengan asal virus tersebut.

"Jadi dari sudut pandang kami, ini tetap spekulatif," katanya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/5).

Sebagai organisasi berbasis bukti, Ryan mengatakan WHO ingin menerima informasi tentang asal virus, karena ini sangat penting sebagai kontrol di masa depan.

"Jadi jika data dan bukti itu ada, maka pemerintah Amerika Serikat akan memutuskan apakah dan kapan itu bisa dibagikan," katanya.

Para ilmuwan menginformasikan WHO bahwa sekuensing genom menunjukkan virus itu berasal dari alam. Ryan mengatakan sains, bukan politik dan memperingatkan agar tidak memproyeksikan kesalahan investigasi agresif.

(Baca: Menlu AS Klaim Punya Bukti Signifikan Corona Berasal dari Lab Tiongkok)

Virus ini sebelumnya diyakini berasal dari kelelawar yang menular ke manusia melalui spesies lain. Dr Maria van Kerkhove, spesialis WHO yang menangani masalah virus yang mengatakan dengan adanya loncatan seperti itu, perlu diketahui perantara virus.

Ketika negara-negara mulai melonggarkan karantina wilayah atau lockdown untuk mengekang penyebaran virus, banyak yang berharap penemuan kluster baru melalui pelacakan kontak dapat dibantu oleh aplikasi atau teknologi lainnya. 

Tetapi menurutnya, ini tak membuat pengawasan konvensional menjadi berlebihan."Kami sangat, sangat ingin menekankan bahwa alat-alat IT tidak menggantikan tenaga kesehatan dasar masyarakat yang akan diperlukan untuk melacak, menguji, mengisolasi dan karantina," katanya, memuji Korea Selatan dan Singapura atas strategi mereka.

WHO menyambut data uji klinis baru-baru ini untuk remdesivir obat antivirus Gilead Sciences Inc, dengan mengatakan ada "harapan" untuk digunakan untuk menangani Covid-19.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...