Waspadai Utang, Tiongkok Tak Beri Banyak Stimulus Ekonomi Atasi Corona

Image title
25 Mei 2020, 15:27
Tiongkok, ekonomi, pandemi corona, covid-19, virus corona
ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins/AWW/dj
Presiden Xi Jinping dalam sidang pembuka Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok (KPPRT) di Balai Agung Rakyat di Beijing, China, Kamis (21/5/2020). Tiongkok tak banyak mengeluarkan stimulus ekonomi untuk menghindari peningkatan utang negara.

Pemerintah Tiongkok enggan membuat atau memberikan banyak stimulus ekonomi untuk mengatasi dampak  pandemi corona. Alasannya, jor-joran memberikan stimulus bakal berpotensi meningkatkan utang negara.

Presiden Xi Jinping dalam pertemuan parlemen yang digelar Jumat (22/5) menyatakan Tiongkok tak menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Jika target ditetapkan, pemerintah harus fokus pada pemberian stimulus yang kuat.

"Hal itu tidak sejalan dengan tujuan dari pengembangan ekonomi dan sosial kami," ujar Xi dilansir dari Reuters pada Senin (25/5).

Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dalam kesempatan yang sama menyatakan program stimulus dalam proposal anggaran tahun ini hanya berkisar 2% dari pengeluaran ekonomi tahun lalu. Seperti dikutip dari Forbes.com, Tiongkok kemungkinan hanya menyuntikan stimulus ekonomi sebesar 3,6 triliun yuan atau setara US$ 500 miliar untuk mengatasi krisis akibat pandemi corona.

Dana tersebut bakal digunakan untuk menciptakan 9 juta lapangan pekerjaan. Selain itu, pemerintah Tiongkok bakal menerbitkan obligasi pemerintah sebesar 1 triliun yuan atau sekitar US$ 140 miliar. Utang tersebut bakal digunakan untuk meningkatkan bisnis yang terpukul akibat pandemi corona.

(Baca: Efek Pandemi Tak Pasti, Tiongkok Hapus Target Pertumbuhan Ekonomi 2020)

Perencana keuangan terkemuka di Negara Panda iu memang ragu-ragu meminta pemerintah meminjam lebih banyak uang untuk memberikan dana kepada publik. Hal itu berbeda dengan kebijakan pemerintah Amerika Serikat, Hong Kong dan negara lainnya yang memberikan banyak stimulus demi mengatasi Covid-19.

Tiongkok memang enggan memberikan banyak stimulus seperti kemudahan kredit meski terjadi perlambatan ekonomi, bahkan sebelum pandemi corona. Sebab, kebijakan stimulus dapat meningkatkan risiko utang.

Tiongkok pernah menerbitkan banyak stimulus ekonomi dengan mengandalkan utang pada krisis ekonomi global satu dekade lalu. Namun, kebijakan tersebut membuat Tiongkok terbebani utang dan proyek-proyek yang boros.

Mantan Kepala Regulator Sekuritas Tiongkok Xiao Gang menyatakan bank sentral Tiongkok atau People's Bank of China harus menentang langkah-langkah pelonggaran kuantitatif gaya The Fed dan ECB. Penasihat pemerintah juga menyampaikan kepada pers pekan lalu bahwa Tiongkok tidak perlu meluncurkan upaya stimulus ekonomi yang besar untuk menyelamatkan diri dari virus corona.

Dilansir dari NYTimes, Pemerintah Tiongkok justu mengeluarkan serangkaian kebijakan dengan biaya yang rendah. Salah satunya yaitu pemotongan biaya internet sebesar 15% pada tahun ini.

Di sisi lain, pemerintah Tiongkok bakal meningkatkan subsidi untuk asuransi kesehatan penduduknya. Namun besarannya hanya berkisar US$ 4 per tahun per orang.

Selain itu, meski ekonomi melambat, pemberantasan kemiskinan di pedesaan tetap berjalan. Sebab, hal itu menjadi tujuan utama dari Presiden Xi Jinping.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...