BUMN Barata Indonesia Bangun Pabrik Roda Kereta Api Senilai Rp 500 M
Fajar menjelaskan dua tahun terakhir ini negara mengalami defisit neraca perdagangan, karena tingginya nilai impor, dan terdepresiasinya mata uang rupiah. Misalnya saja pada periode 2018 sebanyak 75% bahan baku industri diimpor. Sehingga keberadaan pabrik tersebut diharapkan dapat membantu mengurangi defisit neraca perdagangan.
"Kalau impor tersebut membesar, dalam jangka panjang bisa inflasi. Akibatnya barang produksi dan konsumsi semakin mahal," kata dia.
Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Barata juga menggenjot pasar ekspor ke Benua Afrika, di antaranya Kongo dan Tanzania. Adapun barang-barang yang akan diekspor berupa komponen bogie roda kereta api.
Adapun saat ini Barata telah mengekspor produk komponen turbin ke Argentina, Panama, Maroko, Dubai, Pakistan, Irak, Bangladesh, Singapura, Korea, dan Jepang. Kemudian ekspor foundry ke Argentina, Chile, dan Australia, dan produk peralatan pabrik semen ke Dubai dan Kanada.
(Baca: Disokong Pabrik Baru, BUMN Barata Indonesia Targetkan Ekspor Naik 29%)