Dampak Anjloknya Harga Minyak Dunia Terhadap Ekonomi dan Migas RI

Image title
10 Maret 2020, 12:33
harga minyak, bbm, migas, penerimaan negara
Katadata
Ilustrasi, kilang minyak. Turunnya harga minyak bisa berdampak pada penurunan harga BBM tetapi penerimaan negara bisa berkurang.

"Kalau kami menghentikan kegiatan, nanti dampaknya jangka panjang, Ketika harga minyak naik, kami tidak punya apa apa," kata Nanang.

Pasalnya, Pertamina turut andil dalam mencapai target satu juta barel minyak (bopd) pada 2030. Bahkan perusahaan pelat merah tersebut menargetkan produksi satu juta bopd bisa dicapai pada 2026. Hal itu sejalan dnegann kebutuhan kilang Pertamina. 

Proyek kilang baru dan pengembangan milik Pertamina bakal meningkatkan kapasitas kilang dari satu juta bopd menjadi dua juta bopd. Untuk mencapai target tersebut, BUMN itu bakal memperbanyak pengeboran sumur dan seismik untuk menemukan sumber cadangan baru. Selain itu, perseroan bakal menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) di lapangan-lapangan tua.

Sedangkan Kementerian ESDM telah mempersiapkan strategi mencapai satu juta bopd, yaitu mendorong eksplorasi, mempertahankan tingkat produksi di lapangan-lapangan minyak yang ada, hingga peningkatan cadangan yang bisa diproduksi (Reserve to Production).

Terdapat juga program optimalisasi produksi minyak, antara lain melalui steamflood dan chemical enhanced oil recovery (EOR). Selain itu, reaktivasi 13 ribu sumur minyak yang sudah ditinggalkan.

(Baca: Harga Minyak Anjlok, Harga BBM BP-AKR Bisa Turun Bulan Depan)

Di satu sisi, rendahnya harga minyak bisa membawa dampak positif. Bhima menilai beban subsidi BBM dalam APBN juga bisa turun. Meskipun dalam empat tahun terakhir pemerintah sudah memangkas belanja subsidi BBM secara besar-besaran.

Masyarakat pun dapat menikmati harga minyak yang murah. "Otomatis BBM nonsubsidi seperti pertamax, dex, akan diturunkan harganya," ujar dia.

Nicke memang belum menyatakan bakal menurunkan harga BBM non subsidi. Namun, dia menyebut turunnya harga minyak bisa dimanfaatkan dengan menambah impor minyak mentah.

“Di hilir kan bagus. Kami akan beli banyak jadinya, mumpung harga masih rendah,” ujar Nicke saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, pada Senin (9/3).

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (10/3) pukul 12.00 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate atau WTI bertengger di level US$ 33,23 per barel, turun dari pekan lalu di kisaran US$ 48 per barel.

Sedangkan harga minyak jenis Brent berada di level US$ 36,83 per barel, turun dari pekan lalu sebesar US$ 51,9 per barel. Harga minyak turun setelah Arab Saudi memutuskan meningkatkan produksi hingga 10 juta barel per hari mulai April 2020 dan menurunkan harga minyak produksinya sebesar US$ 6-8 per barel.

Langkah Arab Saudi sebagai respons dari keputusan Rusia yang menolak rencana Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC menambah pemangkasan produksi. Padahal rencana tersebut diharapkan bisa mengangkat harga minyak yang terus tertekan akibat merebaknya virus corona.

(Baca: Harga Minyak Anjlok Setengah, Kemenkeu Hitung Dampak ke APBN)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...