Cerita di Balik Mundurnya ExxonMobil di Blok East Natuna

Anggita Rezki Amelia
21 Juli 2017, 22:00
Rig
Katadata

Di awal tahun 2017 juga, pemerintah menginginkan proyek itu segera dikerjakan. Namun, sebelum itu dilakukan kajian teknologi dan pasar (technology and market review/TMR).  

Menurut Arcandra, sebelum TMR ini seharusnya ada kontrak yang ditandatangan. Singkat cerita pemerintah kembali bernegosiasi. Hasil negosiasi tersebut tetap sama, yakni negara hanya mendapatkan pajak sekitar 40%, sementara produksi migas semuanya untuk kontraktor.

(Baca: Menyusul Exxon, PTT EP Hengkang dari East Natuna)

Kemudian dalam perjalanannya, pemerintah mengirimkan surat kepada ExxonMobil meminta kembalikan Blok East Natuna ke Pertamina. “Jadi jalan yang ditempuh adalah negosiasi tidak konfrontasi.  Ini positif, kami bekerja dengan baik dengan Exxon,” ujar Arcandra.

Setelah surat tersebut dikirimkan petinggi ExxonMobil dari Houston, Amerika Serikat yakni Mike Albert meminta klarifikasi kepada pemerintah dengan datang ke Indonesia. Dari pertemuan tersebut, sebenarnya Exxon sudah menganggap Blok East Natuna tidak masuk portofolio mereka karena kadar karbon dioksida yang mencapai 72% sehingga tidak ekonomis.

Mendengar hal tersebut, pemerintah meminta Exxon mengembalikan blok tersebut ke PT Pertamina (Persero) jika tidak ada perkembangan. Setelah melakukan kajian TMR, akhirnya mereka menyerahkan ke Pertamina.

“Ini usaha win-win, Exxon tidak ingin menghambat, silahkan pemerintah Indonesia kembangkan,” ujar Arcandra. “Jadi tidak ada lagi dispute ini milik siapa. Ini lompatan besar pengelolaan East Natuna,”.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, ExxonMobil keluar dari konsorsium karena tidak mau menghalangi niat pemerintah mempercepat Blok East Natuna. Apalagi blok tersebut tidak ekonomis menurut kajian TMR. (Baca: ExxonMobil Tawarkan Teknologi Berbiaya Besar untuk East Natuna)

Adapun dalam kajian TMR itu yang membuat proyek tersebut adalah biaya yang mahal sehingga harga gas menjadi tinggi. Harga gas hulunya diperkirakan tembus sekitar US$ 15-18 per mmbtu. “Selain itu terdapat faktor politis yang juga membuat Exxon memilih mundur dari blok tersebut,” ujar sumber Katadata.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...