Lawan Dominasi Tiongkok, Trump Genjot Produksi Mineral Rare Earth

Sorta Tobing
1 Oktober 2020, 12:17
rare earth mineral, tiongkok, perang dagang, donald trump, amerika serikat
ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/AWW/dj
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif untuk meningkatkan produksi mineral tanah langka atau rare earth minerals dalam negeri.

Apa Itu Rare Earth?

Melansir dari BBC, rare earth atau mineral langka terdiri dari 17 elemen yang banyak dipakai dalam produksi sejumlah besar sektor. Termasuk di dalamnya teknologi energi terbarukan, penyulingan minyak, elektronik, dan industri kaca.

Meskipun disebut langka, kuantitasnya relative melimpah di kerak bumi, menurut Survei Geologi AS. Namun, hanya sedikit tempat di dunia yang menambang dan memprodukisnya. Ekstraksi yang relatif sulit membutuhkan teknologi canggih dan berpotensi merusak lingkungan.

Myanmar, Australia, AS serta beberapa negara lain hanya menambang dalam jumlah kecil. Tiongkok saat ini mendominasi proses pemurnian rare earth secara global. Tahun lalu, hampir 90% semua pemrosesan mineral itu menjadi oksida dilakukan oleh Negeri Panda. Dalam lima tahun terakhir, ekspor oksida rare earth Tiongkok naik dua kali lipat.

AS mengimpor sekitar 80% rare earth dari Tiongkok. Estonia, Prancis, dan Jepang juga memasok logam tanah jarang olahan ke AS, tetapi bijih aslinya berasal dari Tiongkok. Satu tambang rare earth yang beroperasi di AS mengirimkan bijihnya ke Tiongkok untuk diproses. Beijing menerapkan tarif impor produk tersebut sebesar 25%.

AS sebenarnya memiliki opsi untuk mengimpor ke Malaysia, tetapi tidak dalam jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, pemerintah Malaysia mengancam akan menghentikan produksi karena masalah lingkungan.

Ada opsi lainnya, yaitu AS membuat pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter sendiri. Tapi pilihan ini membutuhkan waktu dan Tiongkok kemungkinan besar akan membatasi ekspor bijih besinya.

Penghasil rare earth terbesar secara global adalah AS. Tapi itu pada 1980an. Posisinya tergeser oleh Tiongkok. Jadi, tak heran kalau Beijing menguasai sumber daya tersebut hingga proses pemulihannya saat ini.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...