Upaya Setengah Hati Menyerap Kelebihan Pasokan LNG

Image title
4 Desember 2020, 19:50
bbg, bbm, migas, kementerian esdm, lng
123rf.com/Artit Fongfung
Ilustrasi. Pemerintah berupa meningkatkan serapan LNG domestik dengan menggerakkan kembali program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas (BBG) untuk sektor transportasi.

Sudah banyak kendaraan yang mengubah mesinnya agar dapat berbahan bakar gas. Padahal, biaya untuk memperoleh converter kit cukup mahal. “Pemerintah harus memberikan kemudahan bagi pengusaha transportasi jika ingin program ini berjalan," kata dia.

Selain itu, pemerintah juga perlu bekerja sama dengan agen tunggal pemegang merek (ATPM) agar kendaraan angkutan umum yang mereka produksi sudah menggunakan converter kit. Dengan begitu, konsumen tak perlu lagi mengeluarkan biaya penggantian mesin bahan bakar. 

Penyediaan bahan bakar gas pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) perlu ditambah. Pasalnya, banyak SPBU yang menyediakan gas bumi terkompresi atau CNG yang tutup dan tidak jelas operasionalnya. “Jika memang pemerintah serius, maka sekarang mulai disiapkan SPBU dan perusahaan pembuat converter kit-ny,” ujar Mamit.

Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) Jugi Prajogio mengatakan pemerintah sedang mengebut pengerjaan infastruktur gas. Termasuk di dalamnya pipa transmisi dan distribusi, prasarana LNG dan CNG, fasilitas regasifikasi dan moda pengiriman serta transportasi lainnya.

Tiga proyek pipa gas sudah masuk dalam Proyek Strategis Nasional atau PSN. Ketiganya adalah Cirebon-Semarang alias Cisem, Sei Mangke-Dumai, dan West Natuna Transportation System (WNTS)-Pulau Pemping. Tapi hingga kini seluruh pembangunan proyek ini belum terealisasi. 

Jumlah Angkot Pengguna Bbg Di Bogor
Ilustrasi angkot pengguna BBG di Bogor, Jawa Barat.  (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Konversi BBM ke Gas Tak Signifikan Dongkrak Serapan LNG

Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto berpendapat program konversi BBM ke BBG skalanya sangat kecil. Angkanya tidak sebanding untuk dikaitkan dengan masalah pengembangan pasar gas domestik untuk mengatasi oversupply pasar LNG.

Dalam hal ini pemerintah mestinya bicara gas itu untuk memenuhi kebutuhan industri, baik sebagai bahan bakar maupun bahan baku. Termasuk di dalamnya untuk listrik. "Jadi skalanya dapat naik dua hingga tiga kali lipat dari penyaluran gas saat ini," kata dia.

Dalam mengantisipasi pasokan LNG yang melimpah, pemerintah hanya perlu konsisten dalam mengimplementasikan kebijakan energi. Pasar gas dalam negeri merupakan kunci jika ingin bauran energi tercapai.

Dengan fokus pada pasar dalam negeri, produksi LNG jadi relatif independen dan tidak terlalu terpengaruh dinamika pasar global. “Untuk bisa mengembangkan pasar domestik kuncinya di ketersediaan infrastruktur dan kebijakan harga yang tepat,” ujar Pri Agung. 

Sependapat dengan hal itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal berpendapat agar program konversi berdampak perlu dilakukan secara masif. Pasalnya produksi gas dalam negeri sekarang mencapai 5 miliar standar kaki kubik per Hari.

Karena itu, infrastruktur penyaluran gasnya harus memadai agar dapat mendorong konsumsi. “Infrastruktur, kuncinya di situ,” kata dia.

Tak hanya transportasi, banyak potensi sektor lainnya yang dapat melakukan konversi dari BBM ke BBG. Misalnya, pembangkit listrik dan industri. 

Vice President Strategic and Investment Pertamina Daniel Syahputra Purba mengatakn kebutuhan gas domestik akan naik. Konsumsinya saat ini masih 15% dalam porsi pemakaian bahan bakar fosil. Angkanya Bakal naik menjadi 33% di 2035. 

Pertamina telah mengklasifikasikan tiga skenario pasar untuk gas, yaitu untuk transportasi, rumah tangga, dan industri. Untuk transportasi, konsumsinya akan stabil hingga tahun itu sebesar 25 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) karena arah industri otomotif menuju elektrifikasi.  

Lalu, kebutuhan rumah tangga targetnya akan mencapai 30 juta sambungan pada 2035. Jaringan gas ini akan menjadi alternatif elektrifikasi rumah tangga nasional. Pertamina memproyeksi penyalurannya sekitar 700 juta standar kaki kubik per hari. 

Terakhir, kebutuhan untuk gas industri penetrasi akan lebih besar. Kebutuhannya terutama untuk sektor kelistrikan, kilang petrokimia, manufaktur, dan lainnya. Hal ini juga ditopang dengan target bauran energi pemerintah di 2030 untuk menggantikan bahan bakar batu bara. 

Proyeksi penyaluran gas industri akan mencapai 8.958 juta standar kaki kubik di 2035. "Apabila  berjalan dengan baik dan regulasi mendukung, konsumsi gas akan meningkat signifikan ke depan," kata dia pada Senin lalu. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...