Harga Minyak Tinggi, Presiden Brasil Ingin Privatisasi BUMN Petrobras
Terus naiknya harga minyak mentah dunia membuat harga bahan bakar minyak (BBM) di Brasil semakin mahal. Ini membuat Presiden Jair Bolsonaro frustasi lantaran disalahkan atas kenaikan harga tersebut. Ia kini mempertimbangkan untuk memprivatisasi perusahaan migas milik negara, Petroleo Brasileiro SA (Petrobras).
“Sekarang saya ingin memprivatisasi Petrobras. Saya akan mendiskusikannya dengan tim ekonomi apa yang bisa kami lakukan. Karena saya tidak bisa mengendalikan perusahaan, saya tidak bisa mengarahkan harga bensin, tapi kalau harganya naik itu salah saya,” kata ujarnya dikutip Reuters, Jumat (15/10).
Pada Rabu (13/10), Menteri Ekonomi Brasil Paulo Guedes menyarankan pemerintah menjual sebagian sahamnya di Petrobras untuk mendanai program kesejahteraan warga. Privatisasi Petrobras telah menjadi isu politik panas karena kenaikan harga BBM memicu inflasi hingga dua digit.
Ini merusak popularitas Bolsonaro yang akan mencalonkan diri kembali pada pemilihan umum presiden tahun depan. Populis sayap kanan menentang privatisasi Petrobras, dan menyebutnya sebagai langkah strategis untuk kepentingan nasional Brasil.
Meskipun mendapat dukungan yang besar, sejumlah pelaku pasar meyakini privatisasi akan sulit karena akan melibatkan banyak pemangku kepentingan.
Sebenarnya ketika terpilih sebagai Presiden Brasil pada 2018, Bolsonaro telah mendukung agenda privatisasi yang dicetuskan Guedes. Sejauh ini ia juga telah menjual sejumlah perusahaan pelat merah, seperti BR Distribuidora, yang diprivatisasi pada 2019.
Sebelum diprivatisasi perusahaan ini merupakan entitas anak Petrobras yang bergerak pada bidang distribusi bahan bakar. Kemudian Eletrobras rampung diprivatisasi pada awal tahun ini dan akan memasuki putaran pendanaan atau modal pada awal 2022.
Dalam beberapa tahun terakhir Bolsonaro telah mendesak para eksekutif Petrobras untuk menurunkan harga. Namun ia berubah sikap dan menyatakan bahwa ia menghormati kebijakan penetapan harga independen perusahaan, dan mendesak reformasi pajak negara bagian untuk menurunkan harga BBM.
Analis Ativa Investimentos, Ilan Arbetman, mengatakan bahwa proses privatisasi, jika benar terjadi, perlu dilakukan dengan sangat hati-hati, seperti rencana penjualan Eletrobras yang telah dibahas untuk waktu yang lama hingga dapat selesai awal tahun ini.
“Ketika kita berbicara tentang privatisasi Petrobras, kita harus berhati-hati, karena prosesnya luas yang melibatkan banyak pemangku kepentingan. Saat ini, masalah waktu membebani, melebihi keinginan Bolsonaro,” kata Arbetman.
Saham preferen di Petroleo Brasileiro SA, demikian nama resmi perusahaan, melonjak setelah komentar Bolsonaro, naik hampir 2% sebelum memangkas kenaikan menjadi sekitar 1% pada perdagangan pagi.
Sebagai informasi, pemerintah Brasil menguasai 36,75% saham Petrobras, yakni melalui kepemilikan langsung sebesar 28,67%, dan sisanya melalui Brazilian Development Bank (BNDES) 7,04% dan entitas anaknya BNDES Participações (BNDESPar) 1,04%.
Harga saham Petrobras yang diperdagangkan di New York Stock Exchange (NYSE) sempat melonjak hampir 2% ke level US$ 11,18 pasca komentar Bolsonaro, namun mengakhiri perdagangan kenaikan hanya 1%.
Seperti diketahui harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan seiring krisis energi yang melanda sejumlah negara memicu peningkatan permintaan. Harga minyak mentah, baik jenis Brent maupun West Texas Intermediate (WTI) kini berada di atas US$ 80 per barel.
Sejumlah analis memperkirakan harganya tembus di atas US$ 100 per barel jika krisis energi tidak segera teratasi. Simak perkembangan harga minyak pada databoks berikut: