Harga Minyak Naik 6% Dipicu Sanksi Rusia Terhadap Perusahan Gas Eropa
Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 5% setelah Vladimimr Putin menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan gas Eropa yang mengendalikan pipa yang mengalirkan gas Rusia.
Di saat yang sama pasokan gas ke Eropa berkurang 25% setelah Ukraina menghentikan operasional pipa yang menjadi rute transit utama gas dari Rusia. Pemerintah Ukraina beralasan penghentian tersebut disebabkan intervensi pasukan pendudukan Rusia.
Ini pertama kalinya aliran gas Rusia via Ukraina terganggu sejak invasi dimulai pada 24 Februari 2022, yang menimbulkan kekhawatiran gangguan pasokan di jalur pipa lainnya yang berpotensi semakin melonjakkan harga gas.
Harga minyak berjangka Brent naik US$ 5,05 atau 4,9% menjadi US$ 107,51 per barel. Sedangkan minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 5,95 atau 5,9% menjadi US$ 105,71.
Uni Eropa mengancam embargo penuh minyak Rusia, meskipun belum meraih suara bulat karena masih ada negara yang keberatan dengan sanksi tersebut, di antaranya Hongaria, Slovakia, dan Republik Ceko.
Sanksi tersebut dapat memperburuk gangguan pasokan, terutama untuk produk olahan seperti diesel, mengingat peran Rusia sebagai salah satu eksportir minyak mentah dan bahan bakar terbesar di dunia.
“Harga akan terus bergerak naik terutama jika Uni Eropa mencapai kesepakatan untuk menghentikan pembelian minyak Rusia tahun ini,” kata presiden Lipow Oil Associates di Houston, Andrew Lipow, seperti dikutip Reuters pada Kamis (11/5).
Uni Eropa masih berupaya merayu negara-negara yang keberatan dengan sanksi embargo minyak Rusia, yang jika terjadi akan semakin memperketat pasar dan mengalihkan arus perdagangan.
Sementara angka terbaru pada persediaan minyak AS berpotensi mendongkrak harga ke level yang lebih tinggi. Meskipun stok minyak mentah AS tumbuh lebih dari 8 juta barel, sebagian besar karena pelepasan cadangan strategis, stok bensin turun 3,6 juta barel dan stok sulingan juga turun.
Kapasitas penyulingan telah berkurang di Amerika dan negara tersebut telah menggenjot ekspor untuk memenuhi permintaan dari pembeli di luar negeri. Sejauh ini pada tahun 2022, Amerika Serikat mengekspor, secara bersih, sekitar 4 juta barel bahan bakar setiap hari.
“Angka tingkat pemanfaatan 90% tidak seperti dulu karena kapasitas keseluruhan turun,” kata analis pasar energi di CHS Hedging Tony Headrick. “Kami melihat penyulingan tidak mampu memenuhi permintaan bensin.”
Harga minyak mentah telah melonjak tajam tahun ini karena invasi Rusia ke Ukraina menambah kekhawatiran pasokan. Brent sempat mencapai level US$ 139 per barel, tertinggi sejak 2008, pada Maret.
Namun dalam sepekan terakhir harga minyak merosot cukup dalam dipicu kekhawatiran tentang pertumbuhan yang disebabkan oleh pembatasan Covid-19 di Cina dan kenaikan suku bunga AS.