Negara G7 Melobi Cina dan India Terkait Pembatasan Harga Minyak Rusia

Happy Fajrian
29 Juni 2022, 15:23
harga minyak, cina, rusia, india, g7
ANTARA FOTO/REUTERS
Para pemimpin negara G7 sepakat untuk mencari cara untuk membatasi harga minyak Rusia dan telah melobi Cina dan India yang merupakan pembeli terbesar minyak Rusia.

Kelompok negara kaya, Group of Seven (G7), melobi Cina dan India terkait rencana untuk membatasi harga minyak Rusia. Seorang sumber mengatakan bahwa negara-negara Barat menawarkan insentif kepada dua negara konsumen utama minyak Rusia tersebut untuk menekan Moskow.

“Pembatasan harga minyak per barel belum ditentukan, namun harus cukup tinggi untuk memberi Rusia insentif untuk terus memproduksi minyak,” kata sumber yang tak mau disebut namanya itu seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (29/6).

Rusia telah mendiskon besar-besaran minyaknya hingga US$ 30-40 per barel dibawah harga patokan minyak mentah Brent yang berkisar US$ 110-120 per barel karena sanksi dari negara Barat atas invasi Ukraina membuat negara tersebut kesulitan menjual minyak.

Sanksi Barat masih memungkinkan negara-negara untuk membeli minyak mentah Rusia, dengan India dan Cina meningkatkan pembeliannya berkat diskon besar dari Rusia.

Sumber tersebut mengatakan bahwa jika rencana pembatasan harga minyak ini terwujud, maka Cina dan India dapat membeli minyak Rusia dengan harga yang lebih murah lagi. “Ini penawaran yang menarik bagi Beijing dan New Delhi,” ujarnya.

Jika Rusia hanya menolak untuk menjual minyak mentahnya pada harga yang dibatasi, Rusia akan memiliki sedikit pilihan untuk menjualnya dengan harga lebih tinggi, mengingat terbatasnya jumlah kapal yang akan tersedia untuk menumbangkan sanksi yang berada di luar asuransi yang berbasis di London dan pasar pembiayaan.

“Dengan kapasitas penyimpanan yang terbatas, Rusia kemudian harus secara signifikan menghentikan produksi, mengurangi arus kasnya dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada sektor energinya,” tambah sumber tersebut.

Seperti diketahui negara-negara G7 sepakat untuk membahas cara untuk menerapkan pembatasan harga minyak Rusia. Ini dilakukan untuk memangkas pendapatan negara tersebut dari hasil penjualan minyak seiring lonjakan harga minyak mentah dunia.

Pekan ini harga minyak mengalami kenaikan yang signifikan setelah dua minggu sebelumnya turun cukup dalam dipicu kekhawatiran resesi yang mengancam permintaan energi dunia.

Harga minyak Brent akhir pekan lalu sempat menyentuh US$ 106 per barel, kini melesat menjadi US$ 118 per barel. Sedangkan minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh US$ 104 per barel dan kini berada di level US$ 112 per barel.

Batasan harga minyak akan meningkatkan tekanan Barat terhadap Rusia dari sanksi, yang menurut Kanselir Jerman Olaf Scholz akan tetap ada sampai Presiden Rusia Vladimir Putin menerima bahwa rencananya di Ukraina tidak akan berhasil.

“Hanya ada satu jalan keluar bagi Putin untuk menerima bahwa rencananya di Ukraina tidak akan berhasil,” kata Scholz pada konferensi pers penutupan di akhir KTT G7 selama tiga hari di Jerman.

Gagasan di balik pembatasan itu adalah untuk mengikat layanan keuangan, asuransi, dan pengiriman kargo minyak ke batas harga tertinggi. Pengirim atau importir hanya bisa mendapatkan ini jika mereka berkomitmen untuk menetapkan harga maksimum untuk minyak Rusia.

“Kami mengundang semua negara yang berpikiran sama untuk mempertimbangkan bergabung dengan kami dalam tindakan kami,” kata para pemimpin G7 dalam komunike mereka.

G7 melihat batas harga sebagai cara untuk mencegah Moskow mengambil untung dari invasinya ke Ukraina, yang telah menaikkan harga energi secara tajam, mengambil bagian dari upaya Barat untuk mengekang impor minyak dan gas Rusia.

Menurut laporan Badan Energi Internasional (IEA), pendapatan ekspor minyak Rusia naik pada Mei bahkan ketika volume turun.

G7 juga menjajaki kemungkinan pembatasan harga gas, sebuah langkah yang didorong terutama oleh Italia, kata pejabat G7. Sementara itu Prancis telah menyerukan pembatasan harga pada semua penjualan energi.

Para ahli memperingatkan rencana itu bisa menjadi bumerang. Pialang minyak PVM Tamas Varga mengatakan Putin, dapat memutuskan untuk mengurangi ekspor energi sebagai pembalasan, yang akan menaikkan harga. Beberapa negara seperti Cina juga dapat menemukan solusi.

Sementara itu pada Selasa (28/6), Kremlin, sebutan pemerintah Rusia, menyatakan bahwa raksasa gas Rusia Gazprom dapat meminta perubahan pada kontrak pengirimannya jika Barat menerapkan batasan harga.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...