Sinyal Harga BBM Naik, Pemerintah Butuh Tambahan Rp198 T untuk Subsidi

Aryo Widhy Wicaksono
24 Agustus 2022, 05:55
Sejumlah kendaraan antre mengisi BBM jenis Pertalite dan Pertamax di salah satu SPBU Pejompongan, Jakarta, Selasa (23/8).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah kendaraan antre mengisi BBM jenis Pertalite dan Pertamax di salah satu SPBU Pejompongan, Jakarta, Selasa (23/8).

"Kalau tidak menaikan harga BBM dan tidak melakukan apa-apa, juga tidak ada pembatasan, maka Rp 502 triliun saja tidak cukup, butuh tambahan lagi," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kompleks Parlemen, Selasa (23/8).

Menurut Sri Mulyani, tambahan anggaran Rp 198 triliun itu baru menghitung kebutuhan tambahan kuota subsidi untuk BBM jenis pertalite, solar dan minyak tanah. Ini belum termasuk tambahan anggaran untuk subsidi LPG tabung 3 Kg dan listrik.

Bendahara negara itu mengakui, pemerintah kini hanya memiliki tiga pilihan. Pertama, menambah anggaran subsidi dan kompensasi mencapai Rp 700 triliun. Kedua, membatasi penyaluran BBM bersubsidi sehingga tidak semua masyarakat bisa mengakses. Ketiga, menaikan harga BBM bersubsidi.

"Tiga-tiganya enggak enak. APBN jelas akan sangat berat karena anggaran subsidi dana kompensasi itu sudah naik tiga kali lipat tahun ini menjadi Rp 502 triliun, tetapi ternyata masih kurang," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani pun menyinggung sejumlah rambu-rambu sebelum menentukan opsi yang akan diambil pemerintah. Apa saja rambu-rambu tersebut, simak artikel selengkapnya di sini.

Latar belakang wacana untuk menaikkan harga BBM ini disebabkan kuota BBM bersubsidi yang menipis, sedangkan konsumsinya diduga lebih banyak dinikmati kalangan mampu alih-alih masyarakat menengah ke bawah  sebagai sasaran penerima subsidi.

Mulai pulihnya perekonomian dari dampak pandemi Covid-19 membuat konsumsi energi masyarakat meningkat. Bahkan Pertamina melaporkan konsumsi BBM harian nasional per Juli sudah melampaui level konsumsi pada masa pandemi tahun 2019.

Hingga Juli Pertamina telah menyalurkan 16,8 juta kilo liter (kl) Pertalite dari total kuota 23 juta kl hingga akhir tahun atau sekitar 73%. Sehingga, saat ini tersisa 27% atau 6,2 juta kl yang diharap bisa memenuhi permintaan hingga Desember 2022.

Sementara untuk solar bersubdisi atau Biosolar, Pertamina sudah menyalurkan 66,4% atau 9,9 juta kl dari total kuota 14,9 juta kl. Sehingga tersisa 33,6% 5 juta kl sampai akhir tahun.

Jika dirata-rata hingga Juli, konsumsi Pertalite mencapai 2,4 juta kl per bulan, sedangkan Solar 1,41 juta kl per bulan.

Selain kuota BBM bersubsidi yang menipis, harga minyak dunia juga diprediksi kian mahal. Simak ramalan beragam harga minyak dunia di sini

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...