Lapangan Jambaran Tiung Biru Berproduksi, Pasok Gas Industri dan PLN
Proyek pengembangan lapangan unitisasi gas Jambaran Tiung Biru (JBT) yang berlokasi di Desa Bandungrejo, Bojonegoro, Jawa Timur telah melakukan pengaliran gas perdana atau Gas On Stream (GoS) pada Selasa (20/9).
Penyaluran gas perdana tersebut menandai babak baru proyek JTB yang dikelola PT Pertamina EP Cepu (PEPC) yang merupakan anak usaha dari PT Pertamina Hulu Energi.
Adapaun GoS merupakan tahap pengaliran gas dari fasilitas pemrosesan gas atau Gas Processing Facility (GPF) menuju metering area untuk disalurkan ke pipa distribusi yang selanjutnya diterima oleh para pembeli dari gas tersebut.
Pada Agustus lalu, Pertamina EP Cepu bersama mitra pelaksana telah berhasil melakukan gas in atau mengalirkan gas dari sumur ke GPF sebagai bagian tahap penting bagi proyek ini.
JTB diproyeksikan menjadi salah satu calon penghasil gas terbesar di Indonesia dengan produksi penjualan gas yang mencapai 192 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Dari jumlah tersebut, 100 MMSCFD telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit listrik PT PLN.
Direktur Utama Pertamina EP Cepu, Awang Lazuardi, mengatakan bahwa proses Gas On Stream ini telah melalui tahapan krusial penuh tantangan, sebagai hasil kerja keras dari seluruh pihak yang terlibat di proyek gas JTB. Menurut Awang, semua harus mendapatkan apresiasi besar atas dedikasi juga inovasi dalam penyelesaian proyek.
"Alhamdulillah, berbagai tantangan dapat kita lalui bersama dan akhirnya gas JTB sudah dapat dialirkan ke metering untuk didistribusikan kepada para buyers. Dengan demikian, gas JTB telah secara resmi memberikan kontribusi nyata terhadap pemenuhan energi nasional,” melalui siaran pers yang dikutip pada Kamis (29/9).
Proyek Pengembangan Lapangan Unitisasi Gas JTB merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor energi di bawah PT Pertamina Persero yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Perpres Nomor 109 tahun 2020 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Di tempat terpisah, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa kehadiran Proyek gas JTB tidak hanya memberikan kontribusi pada peningkatan produksi migas nasional, namun menciptakan pula multiplier effect.
Proyek gas JTB telah turut menggerakan industri penunjang nasional maupun pengusaha lokal serta perekonomian masyarakat di sekitar proyek, sehingga keberadaan proyek JTB sangat dirasakan bagi upaya peningkatan kapasitas nasional dukungan berkembangnya ekonomi disekitar proyek.
“Aspek positif lain dari keberhasilan proyek ini adalah terpenuhinya kebutuhan energi kawasaan dan ketersediaan bahan baku industri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Dwi.
Lebih lanjut Dwi menyampaikan bahwa proyek gas JTB akan memberikan ketersediaan gas di Pulau Jawa yang besar sehingga dapat mendorong peningkatan perekonomian baik secara regional maupun nasional.
Seiring dengan pembangunan pipa gas Semarang-Cirebon atau Cisem, maka jalur distribusi gas akan terintegrasi sehingga pasokan gas dari JTB nantinya tidak hanya dimanfaatkan oleh sektor indsutri di Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui jalur transportasi gas pipa Gresik-Semarang yang sudah siap, namun berperan pula bagi pemenuhan kebutuhan gas hingga Jawa Barat.
Dwi menegaskan bahwa keberhasilan proyek gas JTB akan menjadi tonggak penting untuk mendukung upaya mewujudkan target peningkatan produksi migas nasional di tahun 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD.
“Seiring dengan momentum pemulihan perekonomian nasional, maka keberhasilan Gas on Stream Proyek JTB akan meningkatkan pasokan gas sehingga berdampak pada dukungan bagi peningkatan kapasitas industri nasional sehingga memberikan dampak positif bagi pemulihan ekonomi“, tukas Dwi.