Dorong Hilirisasi, MIND ID Minta Setop Impor Olahan Timah dan Bauksit
Holding BUMN pertambangan, Mining Industry Indonesia (MIND ID), meminta pemerintah untuk menghentikan impor produk olahan dari timah seperti solder, dan bauksit yakni aluminium, guna mendorong penyerapan produk hilirisasi di dalam negeri.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, mengatakan selama ini pemerintah masih membuka kran impor pada produk olahan lanjutan komoditas timah dan bauksit berupa tin chemical, tin solder, dan aluminium. Hal tersebut dinilai berdampak pada minimnya serapa produk olahan hilirisasi di dalam negeri.
"Mohon dukungan regulasi untuk mendukung pengembangan industri hilirisasi di dalam negeri khususnya untuk adanya pengaturan tata kelola impor. Karena dari sisi Kemendag dan Kemenperin masih membolehkan impor. Paling tidak kita menutup pintu impor dari kegiatan tersebut," kata Hendi saat RDP dengan Komisi VII DPR, Kamis (24/11).
Hendi melanjutkan, langkah pemerintah yang masih membuka pintu impor untuk komoditas hilirisasi di dalam negeri berpotensi menghambat proses hilirisasi yang dilakukan MIND ID.
"Contohnya di aluminium, kami ingin sekali menjadi tuan rumah di negeri sendiri, akan tetapi kegiatan impor aluminium masih masuk ke Indonesia," ujarnya.
Selain meminta pemerintah menurup pintu impor pada sejumlah produk olahan lanjutan dari timah dan bauksit, Hendi berharap pemerintah juga memberikan insentif energi primer untuk bahan bakar pabrik pengolahan mineral atau smelter.
"Kami juga ingin ketersediaan energi primer dengan harga insentif khusus, seperti yang dilakukan Kementerian ESDM yang memberikan insentif kepada industri keramik dan lainnya," imbuh Hendi.
Sebelumnya diberitakan, program hilirisasi di dalam negeri berimbas pada peningkatan nilai produk tambang hingga ribuan kali lipat dibanding harga mentahnya.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif, menjelaskan komoditas tambang bijih timah juga berpeluang untuk menghasilkan keuntungan besar jika melewati proses hilirisasi.
Adapun bijih timah hasil penambangan dihargai US$ 1.000 per ton. Angka ini akan naik jadi US$ 9.000 per ton setelah melewati proses pengolahan dan pemurnian. Harga timah bisa melambung lebih tinggi jika sudah dalam bentuk timah batangan untuk keperluan manufaktur seharga US$ 16.250 per ton.
Hal serupa juga terjadi pada sektor tambang aluminum. Saat masih dalam bentuk bauksit, harga jual di pasaran hanya berada di US$ 18 per ton. Harga jual akan meningkat usai bauksit dimurnikan menjadi alumina dengan harga jual US$ 350 per ton dan kembali meningkat jika diolah menjadi produk aluminum US$ 1.762 per ton.
"Secara internal bapak presiden menginginkan hilirisasi tidak hanya di satu komoditas, tapi juga di komoditas bauksit, timah, nikel, dan sebagainya," kata Irwandi saat menjadi pembicara dalam agenda daring bertajuk 'Inovasi untuk Stabilisasi dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan' pada Jumat (18/11).