ESDM Berencana Ubah Formula Pembentuk Harga Batu Bara Acuan Indonesia
Kementerian ESDM bakal mengubah formula pembentuk harga batu bara acuan (HBA). Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pihaknya kini sedang melakukan kajian ihwal rencana revisi formula pembentuk HBA.
Pernyataan Arifin sekaligus menanggapi permintaan pengusaha yang mengajukan usul pengubahan formula HBA seiring adanya disparitas indeks harga batu bara yang menjadi acuan dalam pembentukan HBA.
"Ya, HBA kami lagi evaluasi. Kenapa? Karena ada indeks yang naik dan kemudian pada saat yang sama itu ada yang turun. Nah HBA Indonesia kan di tengah-tengah," kata Arifin saat ditemui di kantor Kementerian ESDM pada Jumat (6/1).
Angka HBA sendiri dihitung dari rata-rata index bulanan Globalcoal Newcastle Index (GCNC), Newcastle Export Index (NEX), indeks Platts dan Indonesia Coal Index (ICI) pada bulan sebelumya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kg GAR, total moisture 8%, total sulphur 0,8%, dan ash 15%.
HBA digunakan sebagai patokan dalam jual beli komoditas batu bara spot selama 1 bulan pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut.
Kementerian ESDM menetapkan harga HBA Januari 2023 menjadi US$ 305,21 per ton. Angka tersebut naik 8,43% atau US$ 23,73 per ton dari level harga Desember 2022 lalu senilai US$ 281,48 per ton.
Kenaikan HBA dipicu gangguan distribusi batu bara di Australia. Australia yang merupakan salah satu pemasok batu bara global mengalami cuaca buruk.
Faktor lain yang mengerek kenaikan HBA adalah kenaikan index bulanan GCNC sebesar 16,23% dan NEX sebesar 17,88%, meskipun index Platts dan ICI turun sebesar masing-masing 8,81% dan 3,25%. "Sebetulnya kami memang sedang evaluasi apa yang terjadi sebetulnya di dunia perdagangan batu bara," ujar Arifin.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia, mengatakan bahwa hitung-hitungan formula HBA yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM saat ini tak lagi relevan seiring adanya disparitas indeks harga batu bara yang menjadi acuan dalam pembentukan HBA.
Menurut Hendra, indeks harga batu bara Australia yang mengacu pada GCNC dan NEX dengan nilai yang lebih tinggi bertolak belakang dengan tingkat harga batu bata Indonesia yang lebih condong ke Indeks Platts dan ICI.
Harga batu bara Australia yang memiliki kalori tinggi cendurung punya harga yang mahal hingga lebih dari US$ 300 per ton. Sementara harga batu bara indeks Platts dan ICI relatif berada di US$ 250 per ton.
"Sejak dua tahun terakhir selisihnya makin jauh, istilahnya decuopling. Padahal penambang Indonesia yang menjual batu bara sebagaian besar menggunakan indeks ICI, tapi waktu membayar kewajiban ke negara lebih tinggi karena HBA belakangan ini diangka US$ 300," ujar kata Hendra kepada Katadata.co.id melalui sambungan telepon pada Kamis (5/1).
Dengan demikian, para pelaku usaha berharap pemerintah dapat menyesuaikan formula pembentuk HBA dengan cara mengubah bobot hitungan dari keempat indeks.
Menurut Hendra, persentase bobot indeks yang mencerminkan harga batu bara Indonesia seperti ICI dan Platts bisa ditambah, sementara bobot indeks harga batu bara GCNC dan NEX bisa diturunkan. "Formula HBA yang 4 itu bisa diseimbangkan. Sekarang masing-masing bobotnya 25%, padahal kan market sudah berbeda," ujar Hendra.