Raksasa Migas Dunia Cetak Rekor Keuntungan Tertinggi Dalam 100 Tahun

Happy Fajrian
9 Februari 2023, 16:09
migas, laba, keuntungan, chevron, shell, bp, total, equinor
Arief Kamaludin|KATADATA
Raksasa migas dunia seperti Chevron, ExxonMobil, Shell, BP, TotalEnergies, dan Equinor sukses melipatgandakan keuntungannya pada 2022 berkat tingginya harga energi.

Perusahaan migas raksasa dunia seperti BP, Chevron, Shell, Equinor, ExxonMobil dan TotalEnergies, kembali menikmati bonanza harga energi dengan keuntungan yang melonjak lebih dari dua kali lipat pada 2022.

Tingginya harga minyak dan gas alam dipicu oleh ketidakpastian pasokan yang salah satunya disebabkan invasi Rusia ke Ukraina. Adapun total keuntungan keenam raksasa migas dunia tersebut mencapai US$ 219 miliar atau lebih dari Rp 3,3 kuadriliun.

Perusahaan migas asal Norwegia, Equinor, misalnya, melaporkan laba operasi 2022 sebesar US$ 74,9 miliar atau lebih dari Rp 1,1 kuadriliun didorong lonjakan harga gas alam Eropa. Equinor merupakan pemasok gas terbesar Eropa setelah Gazprom Rusia memangkas pengirimannya.

Dua raksasa migas yang berbasis di Inggris, Shell dan BP, masing-masing membukukan laba tertinggi dalam lebih dari 100 tahun terakhir. Shell meraup US$ 39,9 miliar atau sekitar Rp 602 triliun, tertinggi dalam 115 tahun. Sedangkan BP US$ 28 miliar atau Rp 423 triliun, tertinggi dalam 114 tahun.

Sama halnya dengan dua raksasa migas Amerika, ExxonMobil dan Chevron, yang memecahkan rekor keuntungan tertingginya pada 2022. Exxon membukukan laba bersih US$ 56 miliar atau lebih Rp 845 triliun, dan Chevron US$ 36,5 miliar atau lebih Rp 551 triliun.

“Secara keseluruhan pendapatan dan cash flow naik cukup signifikan secara tahunan. Itu semua berkat pasar dan produksi yang kuat, dan pengendalian biaya yang sangat baik,” kata Chief Financial Officer ExxonMobil Kathryn Mikells seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (9/2).

Sementara itu raksasa migas Prancis, TotalEnergies, berhasil meraup keuntungan sebesar US$ 36,2 miliar pada 2022, atau lebih dari Rp 546 triliun. Torehan ini lebih dari dua kali lipat keuntungan pada tahun sebelumnya.

Analis energi menilai lonjakan keuntungan yang mencengangkan ini didorong oleh berbagai faktor, sebagian besar terkait dengan perang di Ukraina, yang mendorong kenaikan harga tahun lalu.

Sanksi yang dikenakan pada bahan bakar Rusia karena invasi membuat pasar global tidak seimbang, membuat pasokan energi begitu ketat sehingga harga minyak mentah, produk olahan seperti bensin dan solar, dan gas alam melonjak sekaligus.

Chief Executive Officer TotalEnergies Patrick Pouyanne mengatakan bahwa kondisi pasar global saat ini tetap sangat menguntungkan bagi perusahaan energi, dengan pelonggaran pembatasan Covid-19 ketat di Cina berpotensi mendorong permintaan untuk tahun 2023.

“Kami tidak akan terkejut melihat minyak kembali ke US$ 100 per barel,” kata Pouyanne. Adapun saat ini harga acuan miyak dunia, Brent, bergerak di kisaran US$ 85 per barel. Terakhir kali Brent berada di level US$ 100 per barel yaitu pada Agustus 2022.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...