Ekspansi Pasar Global, Pertamina Beli Kapal Tanker Baru Rp 487 Miliar
Yoki mengatakan tren penurunan harga minyak mentah tak berdampak signifikan pada penuruan permintaan jasa angkutan di sektor migas, khususnya pada rute pengiriman jalur Eropa.
Menurut Yoki, konflik yang berlangsung antara Rusia dan Ukraina telah mengubah pola distribusi migas global. Eropa yang sebelumnya bergantung kepada pasokan energi Rusia lewat jaringan pipa gas belakangan mulai mencari pasokan energi alternatif dari pasar Asia.
Lonjakan permintaan jasa logistik yang tidak diimbangi oleh ketersedian kapal-kapal eksisting menjadi faktor primer dari melonjaknya tarif angkut kapal tanker.
"Meski harga komoditas energi mulai terkoreksi, kami optimistis untuk bisnis angkutan migas akan tetap positif dalam beberapa tahun ke depan karena terjadi lonjakan permintaan angkutan," kata Yoki dalam Energy Corner CNBC pada Senin (20/2).
Meningkatkan permintaan jasa angkut dan pengiriman berimplikasi pada meroketnya harga kapal. Investasi pada pengadaan kapal baru terkerek hingga 30% dari hitungan pembuatan kapal baru pada 2019 karena didorong oleh naiknya harga besi baja.
"Ini menjadi tantangan, di sisi lain kami harus bertumbuh namum harga aset untuk pengembangan bisnis kami terapresiasi secara harga," ujar Yoki.
Untuk mengakomodir kebutuhan korporasi, PIS telah mengunci dukungan pendanaan perbankan yang diperoleh dari bank domestik maupun mancanegara seperti SMBC, BNI, Bank Mandiri, BTPN, Mizuho, dan MUFG.
Pendanaan tahunan itu bakal dialokasikan untuk penyediaan kapal tangker Suezmax yang mampu mengangkut minyak mentah hingga 1 juta barel dalam sekali jalan.
Selain itu, PIS juga mulai aktif berinvetasi pada penyediaan kapal pengangkut LNG berkapasitas 175 ribu meter kubik. "Invetasi 12 sampai 14 kapal mungkin banyak dari kapal second," kata Yoki.