Konsumsi Batu Bara Global Capai Rekor Tertinggi di Tengah Tren EBT

Muhamad Fajar Riyandanu
7 Agustus 2023, 12:40
batu bara, konsumsi batu bara,
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/nym.
Foto udara kapal tongkang bermuatan batu bara terdampar di muara Sungai Batanghari yang sudah mengalami pendangkalan di Kampung Laut, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Selasa (1/8/2023).

Konsumsi batu bara mencapai rekor tertinggi 8,3 miliar metrik ton pada tahun 2022. Angka tersebut menyumbang 10.440 terawatt jam (TWh) atau sekitar 36% produksi listrik dunia. Lonjakan serapan batu bara saat itu terjadi di tengah meningkatnya kapasitas energi baru terbarukan atau EBT.

Menurut laporan International Energy Agency (IEA), rekor baru konsumsi batu bara tak lepas dari langkah Cina dan India yang meningkatkan produksi dan konsumsi mereka di saat adanya kekhawatiran keamanan pasokan energi imbas konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.

Peningkatan penggunaan batu bara di Cina dan India belakangan membayangi langkah Amerika Serikat dan Uni Eropa yang berupaya menurunkan pemanfaatan batu bara untuk kelistrikan.

Selama bertahun-tahun, para ahli iklim telah mendorong para pemain ekonomi terbesar di dunia untuk melepaskan diri dari bahan bakar fosil. Namun sebaliknya, IEA mencatat konsumsi batu bara terus naik, hingga mencapai rekor 8,3 miliar metrik ton pada 2022 atau naik 3,3% dari tahun sebelumnya.

Menurut laporan IEA, Cina mengonsumsi 4,2 miliar ton batu bara, terdiri dari 3,5 miliar ton batu bara termal dan 708 juta ton batu bara metalurgi pada 2022. Jumlah tersebut menempatkan Cina sebagai pengguna batu bara terbesar dunia dengan tingkat konsumsi 53% dari total konsumsi global.

Mengalihkan India dan Cina dari batu bara diperkirakan membutuhkan biaya sekitar US$ 1 triliun. Meski pendanaan tersebut terbilang sangat besar, hal itu penting untuk mencapai sasaran emisi global. Di sisi lain, komplikasi politik dan hubungan negara dengan batu bara membuatnya menjadi tantangan yang serius.

Peningkatan konsumsi batu bara bersamaan dengan ledakan permintaan energi bersih berasal dari strategi sejumlah negara yang beralih ke sumber energi berbasis non-migas karena adanya lonjakan harga pada tahun lalu.

Konflik bersenjata Rusia-Ukraina memicu sanksi Eropa selama 2022 yang mengganggu pasokan hingga menyebabkan guncangan di pasar energi global.

Sejumlah Negara Barat mulai aktif mendorong pengembangan rantai pasok energi alternatif melalui penerapan sejumlah intensif di sektor energi terbarukan. Namun di sisi lain, bisnis batu bara di Cina dan India sedang naik daun.

Selain meningkatnya bisnis batu bara, Cina juga mengalami capaian pertumbuhan permintaan energi terbarukan yang paling progresif di dunia.

Pada paruh pertama tahun ini, pembangkit listrik tenaga angin dan surya Cina menghasilkan listrik 560 miliar kWh. Capaian tersebut menjadikan suplai listrik angin lebih tinggi untuk pertama kalinya dari kapasitas produksi gabungan bendungan pembangkit listrik tenaga air sejumlah 450 miliar kWh untuk pertama kalinya.

Besaran pembangkit listrik angin dan air menjadi gambaran transisi energi di Cina berjalan progresif. Namun pembangkit dan produksi berbahan bakar batu bara masih cenderung meningkat setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.

Hal itu karena ketergantungan negara pada unit berbahan bakar batu bara dan kebutuhan untuk memenuhi pertumbuhan beban listrik yang cepat. Konsumsi listrik di Cina pada paruh pertama 2023 menjadi 205 miliar kilowatt hour (kWh) atau naik 5,2% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...