Buah Lobi Nikel Jokowi ke Biden, RI - AS Bentuk Program Mineral Kritis

Mela Syaharani
17 November 2023, 14:57
jokowi, nikel, biden, mineral kritis
Instagram @jokowi
Presiden Amerika Serikat Joe Biden melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Washington DC, Amerika Serikat, Senin (13/11)

Presiden Joko Widodo, alias Jokowi, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden di Gedung Putih, pada awal pekan ini, Senin (13/11). Keduanya melakukan pembicaraan intens untuk mencapai kesepakatan di bidang mineral penting, khususnya nikel.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pembahasan mengenai hal ini bermula dari keseriusan salah satu anggota senat AS mengenai mineral Indonesia, khususnya nikel. “Kemarin Pak Presiden dan Pak Biden sudah bicara dan sudah sepakat bikin critical mineral program,” ujarnya di Kementerian ESDM pada Jumat (17/11).

Arifin menyebut terkait program ini masih akan ditindak lanjuti di mana nanti akan ada pihak yang secara khusus menangani program ini agar terlaksana. “Bentuk dulu tim dari sini, dari tim sini (AS) mudah-mudahan bisa cepat,” ujarnya.

Mengenai hal ini, Arifin menyampaikan kedua pihak saat ini hanya akan membahas mengenai nikel. “Ya kita nikel dulu, karena itu yang paling kritikal,” ujarnya.

Dia menjelaskan dengan adanya program yang disetujui kedua belah pihak, produk nikel dalam negeri ini dapat masuk ke AS. “Kan mineralnya yang sangat dibutuhkan untuk bisa transisi energi,” kata dia.

Sebagai informasi, Indonesia memang berupaya untuk masuk ke dalam ekosistem industri baterai kendaraan listrik AS seiring besarnya insentif dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi (Inflation Reduction Act/IRA) untuk industri teknologi bersih, termasuk industri baterai kendaraan listrik, yang nilainya mencapai US$ 370 miliar.

“Namun Pemerintah AS masih mengkhawatirkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) di Indonesia dan sedang mengkaji bagaimana kesepakatan tersebut bisa berjalan,“ kata seorang sumber seperti dikutip Reuters pada Senin (13/11).

“Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kami dapat secara resmi mengumumkan perundingan mengenai kemitraan mineral penting,” kata sumber tersebut.

Selain itu berdasarkan IRA, nikel Indonesia tidak masuk kualifikasi untuk mendapatkan subsidi atau insentif karena Indonesia tidak memiliki hubungan FTA atau Free Trade Agreement dengan Amerika.

Sebab ada syarat material baterai harus diproduksi atau dirangkai di Amerika Utara, dengan ketentuan sebelum 2024 minimal harus 50%, 2024/2025 minimal 60%, 2026 minimal 70%, 2027 minimal 80%, 2028 minimal 90%, dan setelah 2028 harus 100% diproduksi atau dirangkai di Amerika.

“Pemerintahan Biden juga sedang mendiskusikan cara untuk mendapatkan nikel apapun yang diekstraksi dari Indonesia tetapi diproses di Cina untuk menerima kredit IRA,“ kata sumber lainnya menambahkan.

Namun, kurangnya kepatuhan terhadap ESG kemungkinan besar akan menimbulkan hambatan yang lebih besar terhadap kerja sama lebih lanjut dengan AS. Banyak pihak di AS mempertanyakan standar ESG dari operasi penambangan dan pemrosesan nikel di Indonesia.\

Dominasi Cina di sektor pertambangan dan pemrosesan nikel kemungkinan besar akan membuat AS ragu-ragu menjadi perantara kesepakatan mengenai mineral-mineral penting.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...