Raksasa Batu Bara Dunia Glencore Berniat Keluar dari Bisnis Batu Bara
Permintaan elemen seperti kobalt dan litium sudah melonjak, dan Glencore ingin menjadi pemasok utamanya. “Kami memiliki beberapa logam dengan masa depan terbaik di dunia,” kata CEO Glencore Gary Nagle, dikutip dari WSJ pada Rabu (13/12). “Kami akan menjadi perusahaan logam transisi acuan dunia.”
Saat ini Glencore juga telah memiliki aset di komoditas nikel, tembaga dengan produksi terbesar keempat di dunia, kobalt, hingga seng. Lalu pada awal tahun ini perusahaan berbasis di juga berinvestasi pada pengolahan alumina rendah karbon dan bisnis daur ulang mineral logam.
Banyak analis memperkirakan fokus Nagle pada pertumbuhan bisnis logam dan daur ulang, sambil memproduksi batu bara, akan menghasilkan lebih banyak kesepakatan di masa depan.
“Glencore adalah yang paling agresif [dalam mengejar kesepakatan], di antara para penambang besar,” kata Chris LaFemina, analis pertambangan di Jefferies. “Mereka memiliki neraca yang bersih, yang memberi mereka peluang. Sebelumnya mereka dibatasi oleh neraca, dan sekarang kendala itu sudah tidak ada lagi.”
Spin-off bisnis batu bara Glencore juga akan menjadi bagian dari strategi untuk mencapai target iklim. Perusahaan berbasis di Swiss ini tahun lalu menghasilkan 380 juta ton emisi karbon dioksida (CO2) dari aktivitas operasional tambang, serta dari penjualan batu bara dan produk lainnya.
Emisi yang dihasilkan Glencore tak jauh di bawah emisi yang dihasilkan Inggris sebesar 417 juta ton, dan lebih besar dari emisi yang dihasilkan Spanyol.