Permintaan Masih Tinggi, Produksi Batu Bara Diramal Lampaui Target

Ringkasan
- Selama 10 tahun pemerintahan Jokowi, berbagai pembangunan infrastruktur besar telah diwujudkan, termasuk pembangunan 61 bendungan dan 6.000 km jalan nasional baru, serta proyek transportasi seperti MRT, LRT, dan kereta cepat Jakarta-Bandung. Ini berkontribusi pada peningkatan daya saing Indonesia di kancah internasional.
- Pemindahan ibu kota negara ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur menjadi tonggak monumental visi Jokowi terhadap Indonesia Maju 2045, yang dirancang sebagai kota masa depan yang inklusif dan berkelanjutan serta menjadi pusat pemerataan ekonomi nasional dengan dukungan legal yang kuat melalui UU Nomor 3 Tahun 2022.
- Presiden terpilih Prabowo Subianto berkomitmen melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan IKN, berfokus pada keberlanjutannya dan menjadikan IKN sebagai simbol persatuan dengan memperlihatkan ketimpangan ekonomi serta mendukung pembangunan berkelanjutan melalui adopsi konsep kota pintar dan energi terbarukan, dalam upaya mencapai visi Indonesia Maju 2045.

Produksi batu bara Indonesia pada 2023 mencapai hampir 112% dari target. Ketua Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan capaian produksi melebihi target ini masih berpeluang terjadi pada target tahun ini.
“Tahun ini targetnya 710 juta ton. Saya perkirakan realisasinya juga akan mendekati,” kata Singgih dalam CORE Indonesia Outlook Ekonomi Sektor-Sektor Strategis 2024 di Jakarta pada Selasa (23/1).
Proyeksi ini didasarkan pada permintaan atau demand yang menurutnya masih akan tetap ada. “Demand kita kan dari Cina dan India, kalau negara lainnya saya lihat sepertinya akan mulai limitasi penggunaan batu bara sesuai dengan target bauran energi,” ujarnya.
Singgih melihat dengan penerapan limitasi untuk mendukung transisi energi maka demand utama batu bara Indonesia hanya berasal dari China dan India. “Demand masih ada karena Cina dan India juga masih membangun PLTU juga,” kata dia.
Melihat seluruh aspek dan faktor, maka Singgih menyebut bahwa realisasi tahun ini akan tetap melampaui target meskipun belum tentu jumlah produksinya akan menyamai volume 2023. “Dengan kondisi ini pasti terjadi kenaikan namun tidak setajam tahun kemarin. Jadi tahun ini bisa jadi 750-775 juta ton produksinya,” ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Lana Saria mengatakan, kenaikan produksi batu bara ini disebabkan penambahan target produksi.
“Badan usaha pertambangan melakukan peningkatan produksi melalui revisi rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) pada pertengahan tahun kemarin,” kata Lana dalam konferensi pers di Jakarta, pada Selasa (16/1).
Lana menyampaikan, badan usaha yang meningkatkan rencana produksi ini didasarkan oleh permintaan batu bara, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Hal ini berpengaruh terhadap melonjaknya realisasi produksi dan ketercapaian produksi serta penjualan batu bara oleh badan usaha, sehingga kinerja sektor pertambangan sepanjang 2023 sudah melebihi target,” ujarnya.
Terkait kelebihan target produksi tersebut, pemerintah menyatakan, sebelumnya telah memiliki rencana penetapan batas yang bersifat moderat tapi tetap optimis. “Sejauh ini, kami tidak melebihi dari rencana yang optimis, begitu juga 2024, kami punya rencana yang moderat dan juga optimis,” kata dia.
Menurut paparan Kementerian ESDM pada 2024, jumlah produksi batu bara ditargetkan mencapai 710 ton dengan target DMO batu bara 2024 sebesar 181,28 juta ton.
“Intinya kami sampai kira-kira 2035, produksi batu bara rata-rata bisa mencapai 700 juta ton per tahun. Nanti peta jalan kita terhadap net zero emission secara bertahap dari 2035 sampai 2060 akan melaksanakan penurunan tingkat produksi,” ujar Lana.