Harga Nikel Terus Jeblok, DPR Minta Program Hilirisasi Dievaluasi
Meski begitu Morgan Stanley memperkirakan nikel sudah mendekati harga terendahnya dan berpotensi untuk rebound atau berbalik naik. "Hal ini tidak berarti akan terjadi pemulihan yang cepat, atau bahwa tidak diperlukan pengurangan produksi," kata analis Morgan Stanley, dikutip dari Forbes.
Bank investasi yang berbasis di New York, Amerika Serikat ini memperkirakan harga nikel akan stabil di kisaran US$ 15.500 per ton.
Respons Luhut Soal Harga Nikel
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya mengatakan, Indonesia bukanlah penyebab turunnya harga nikel dunia.
“Itu kan at the end cari equilibrium-nya (keseimbangan). Apapun komoditasnya, jika melihat harganya tidak boleh hanya dari setahun dua tahun, harus 5-10 tahun. Harus dilihat kumulatif harganya kemudian melihat harga rata-ratanya,” ujarnya saat ditemui di kantornya pada Rabu (7/2).
Menurut analisis Macquarie, bank investasi yang berbasis di Australia, berlebihnya pasokan dari Indonesia memaksa produsen di negara lain menutup tambang-tambang yang tidak menguntungkan.
Analisis tersebut bahkan menyebut Washington dan Paris panik lantaran pergolakan ini dapat memberikan kontrol yang lebih besar kepada Cina atas sumber daya strategis tersebut. “Ya biar saja tambang dunia tutup asal tambang kita gak ikut-ikutan,” ujar Luhut.
Meski dituding memproduksi nikel secara jor-joran, Luhut dengan tegas membantah hal tersebut. “Kita enggak pernah jor-joran, tidak betul itu,” katanya.