ESDM: Konflik Iran Israel Tak Akan Berdampak ke Batu Bara
Kementerian ESDM memastikan konflik Israel - Iran tidak akan berdampak pada komoditas batu bara. Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif menyebut konflik tersebut saat ini hanya berdampak pada sektor minyak mentah.
“Oh tidak (berdampak). (konflik) itu menyangkut minyak. Batu bara saya kira masih naik turun,” kata Irwandy saat ditemui di Kementerian ESDM pada Selasa (16/4).
Irwandy juga menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada dampak apapun dari segi penjualan batu bara Indonesia. Dia menyebut, jika konflik ini berkelanjutan menurutnya belum tentu akan berpengaruh terhadap penjualan batu bara.
“Belum tentu (berpengaruh), karena pasar kita sudah establish (mapan). Kemudian konflik ini baru mulai, nanti kami lihat perkembangannya,” ujarnya.
Meski tidak memiliki dampak apapun hingga saat ini, namun Irwandy mengatakan terdapat eskalasi bahwa harga batu bara ada kecenderungan untuk terus naik. “Masih naik turun berapa sen. kadang naik kan ada statistiknya,” ucapnya.
Sebagai informasi, harga batu bara acuan pada Maret 2024 merosot hingga 12%. Koreksi harga ini terjadi pada batu bara dengan nilai kalor 6.322 kcal per kilogram GAR, dari US$ 124,95 per ton pada Februari menjadi US$ 109,77 per ton.
Batu bara dengan nilai kalor tertinggi tersebut menjadi acuan harga jual batu bara untuk penyediaan listrik dan bahan bakar di industri domestik, kecuali industri pengolahan dan pemurnian mineral logam.
Tren koreksi harga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kinerja ekspor batu bara Indonesia terus merosot. Badan Pusat Statistik mencatat ekspor mineral hitam ini pada Februari 2024 turun 18,73% secara tahunan menjadi US$ 2,59 miliar dari US$ 3,19 miliar pada Februari tahun sebelumnya.
Sebelumnya pada Januari ekspor mineral yang dianggap polutan berat ini bahkan turun hingga 30% secara tahunan. Meski begitu ekspor Februari tercatat naik sebesar 7,5% secara bulanan, atau dibandingkan Januari sebesar US$ 2,41 miliar, yang didorong oleh peningkatan volume ekspor dari 29,05 juta ton menjadi 33,05 juta ton.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan di antara beberapa komoditas unggulan non migas seperti minyak kelapa sawit (CPO), besi baja, hanya batu bara yang nilainya naik secara bulanan pada Februari kemarin.
“Nilai ekspor besi dan baja serta minyak kelapa sawit mengalami penurunan secara bulanan sedangkan batu bara mengalami kenaikan sebesar 7,50%,” kata Amalia dalam rilis BPS yang dikutip pada Senin (18/3).