Tinggalkan Batu Bara, Gas akan Jadi Sumber Energi Smelter di Sulawesi

Mela Syaharani
6 Agustus 2024, 15:00
gas, batu bara, smelter, hilirisasi, listrik
ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU
Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) di Kawasan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Desa Lelilef, kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, Minggu (7/7/2024).
Button AI Summarize

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mengubah sumber energi dari batu bara ke gas untuk kebutuhan listrik bagi fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Sulawesi.

"Jadi, rencananya gas yang dari Selat Makassar itu ditarik pipa ke Palu. Di sini kami akan membuat pembangkit gas di Sulawesi, baru tarik transmisi,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam siaran pers, dikutip Selasa (6/8).

Alokasi gas akan didapat dari berakhirnya kontrak gas bumi Donggi Senoro pada 2027 sebesar 337 MMSCFD yang dapat dimanfaatkan untuk PLTGU Wellhead baru dengan kapasitas 1.800 MW.

Selain itu, pasokan juga bisa tersalur melalui potensi gas bumi melalui gas pipa dari Lapangan ENI Muara Bakau di Selat Makassar sebesar 500 MMSCFD, yang dapat dimanfaatkan untuk membangun PLTGU baru di Palu dengan kapasitas 2.650 MW.

“Kontrak gas bumi Donggi Senoro selama ini LNG-nya diekspor terus. Jadi kami meminta nanti produksinya untuk domestik. Setelah itu kami akan bangun pembangkit gas dan menarik jaringan sehingga ini bisa mendukung carbon reduction program di industri-industri smelter," ujar Arifin.

Listrik dari kedua PLTGU tersebut kemudian disalurkan melalui transmisi 500 kV untuk menyuplai smelter klaster Huadi di Sulawesi Selatan, Pomala-Ceria (Poci) dan Konawe-Morowali di Sulawesi Tenggara.

"Jika harga gas untuk kedua PLTGU mengikuti HGBT sekitar 6 US$/MMBTU dan toll fee transmisi 3,88 cUS$/kWh dengan harga listrik sekitar 11 cUS$/kWh maka itu cukup kompetitif," ucap Arifin.

Untuk diketahui, pemerintah membutuhkan investasi senilai US$ 14 miliar untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sulawesi hingga 2030. Investasi tersebut meliputi US$ 10,7 miliar untuk pembangkit, US$ 2,3 miliar untuk transmisi, dan US$ 1 miliar gardu induk.

Kebutuhan listrik terbesar di Sulawesi adalah untuk smelter hingga 2030 yang mencapai 11.139 MW. "Kebutuhan untuk smelter saat ini mencapai 20 gigawatt (GW) dan dipenuhi melalui PLTU. Nah kami akan mengupayakan penyediaan energi bersih untuk ini dan juga sebagai bagian dari transisi energi," kata dia.

Menurut Arifin, smelter merupakan industri yang membutuhkan energi besar. Bahkan di Sulawesi sendiri, suatu area smelter yang hanya 4.500 hektare membutuhkan energi listrik hampir mencapai 7 GW.

Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...