Pertamina Segera Uji Komersial Bahan Bakar Pesawat dari Minyak Jelantah

Mela Syaharani
27 Mei 2025, 14:28
Uji Komersil Avtur dari Minyak Jelantah
Pertamina

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengatakan perusahaan sedang dalam proses melakukan uji komersial produksi Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) atau Avtur berbahan minyak jelantah pada awal kuartal III 2025. Hal ini ditandai dengan pelaksanaan change out catalyst USAF di Kilang Pertamina Cilacap, Jawa Tengah.

Change out catalyst (COC) dalam konteks industri, terutama di kilang minyak, berarti mengganti atau membuang katalis yang sudah jenuh atau tidak berfungsi lagi dengan katalis baru. Katalis merupakan zat yang mempercepat reaksi kimia dalam proses, dan dalam pengolahan minyak, katalis digunakan untuk berbagai proses seperti hidrodemetalisasi. 

Melalui proyek ini, KPI akan mengolah minyak jelantah menjadi avtur, kemudian Patra Niaga akan membuka peluang bisnisnya agar USAF dapat digunakan secara luas dan komersial.

Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, mengatakan proyek USAF tak hanya sekadar memproduksi bahan bakar berkelanjutan, tapi juga bagian dari cetak biru besar ekosistem sirkular SAF. Ekosistem ini membentuk rantai pasok yang kuat bersama pelaku pengumpulan UCO, transporter, serta pengambil keputusan seperti maskapai dan BUMN Aviasi.

“Dan pada 2028, kami berharap dapat menyaksikan startup Green Refinery Project di Cilacap, dengan kapasitas 6 MBSD, mengolah feedstock dari UCO, POME, dan lainnya. Ini akan menjadikan Pertamina sebagai pelopor energi hijau,” kata Taufik dalam siaran pers, Selasa (27/5).

Selain Kilang Cilacap, Pertamina juga memperluas pengembangan proyek USAF di Kilang Dumai, Riau dan Kilang Balongan, Jawa Barat. Taufik mengatakan proyek USAF merupakan inisiatif yang sangat relevan untuk menuju pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. 

Project USAF diperkuat dengan lahirnya Peraturan Menteri ESDM nomor 4 Tahun 2025 dan selaras dengan roadmap dari Kemenko Marves yang  akan mendorong implementasi SAF lebih cepat dari rencana awal, yaitu dari 2027 menjadi 2026. 

“Project USAF ini adalah bukti komitmen kami tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga mengembangkan portofolio energi rendah karbon yang berkelanjutan,” ujarnya.

Taufik menyampaikan, jejak pengembangan SAF di Pertamina telah dimulai sejak 2020. Ketika itu KPI, melalui Kilang Cilacap, berhasil memproduksi Bioavtur J2.4 dari Palm Kernel Oil. 

Setahun kemudian, produk tersebut digunakan dalam penerbangan uji coba dengan pesawat CN-235. Kemudian dilanjutkan pada 2023 dengan penerbangan komersial Garuda Indonesia rute Jakarta–Solo. Taufik mengatakan, dua uji coba tersebut membuktikan bahwa bahan bakar aviasi berbasis nabati bukan lagi konsep, tetapi realitas.

Pada 2024, KPI mencanangkan Project USAF (UCO to SAF) sebagai langkah penting untuk memulai komersialisasi SAF berbahan baku waste (minyak jelantah) dan bersertifikat sustainability. 

Serangkaian aktivitas dilaksanakan antara lain pengembangan teknologi katalis bersama Pertamina Technology Innovation, manufacturing katalis oleh PT Katalis Sinergi Indonesia. Kemudian sertifikasi sustainability ISCC EU dan CORSIA.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra mengatakan, pihaknya telah menyiapkan alat untuk mengumpulkan Used Cooking Oil (UCO) di sepuluh SPBU yang tersebar di Jakarta. Melalui alat ini, Pertamina juga  menggandeng masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan USAF. 

“Alat ini masih dalam skala piloting, tapi sampai hari ini sudah tercatat sedikitnya 6.042 orang yang secara sukarela menyetorkan UCO di alat-alat yang tersebar di sepuluh SPBU di Jakarta,” kata Mars Ega

Reporter: Mela Syaharani
Video Pilihan

Artikel Terkait