Kebakaran Hutan di Indonesia Berpotensi Memicu Kematian di Tiga Negara

Tim Riset dan Publikasi
12 Agustus 2019, 20:07
Areal lahan gambut yang terbakar di desa Rambutan, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Rabu (7/8/2019). Berdasarkan data BPBD Sumatera Selatan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan mencapai 257,9 hektar. ANTARA FOTO/Ahmad Rizki Prabu
ANTARA FOTO
Areal lahan gambut yang terbakar di desa Rambutan, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Rabu (7/8/2019). Berdasarkan data BPBD Sumatera Selatan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan mencapai 257,9 hektar. ANTARA FOTO/Ahmad Rizki Prabu

World Bank mengatakan jumlah kerugian dan dampak jangka panjang dari bencana kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 belum sepenuhnya diketahui. Namun, perkiraan awal dari kerugian ekonomi untuk Indonesia akibat kebakaran hutan tahun itu melampaui US$ 16 miliar, sekitar Rp 215 triliun dengan nilai tukar dolar Amerika Serikat saat itu. Jumlah ini dua kali lebih besar dari kerugian dan kerusakan akibat tsunami tahun 2004 di Aceh dan setara dengan 1,8 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

Estimasi ini mencakup kerugian di sektor pertanian, kehutanan, transportasi, perdagangan, industri, pariwisata dan sektor lainnya. Sebagian dari kerugian itu akibat kerusakan dan kerugian langsung terhadap hasil panen, kehutanan, perumahan dan infrastruktur, dan biaya yang ditimbulkan untuk menangani api.

airy
Asap membumbung tinggi dari kebakaran lahan gambut di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (23/2). Daerah pesisir Provinsi Riau sangat rawan terjadi kebakaran lahan karena rendahnya curah hujan dan pembukaan lahan dengan membakar untuk perkebunan kelapa sawit. ANTARA FOTO/FB Anggoro

Banyak kerugian ekonomi disebabkan dampak tidak langsung, seperti terganggunya perjalanan udara, laut dan darat akibat asap. Lumpuhnya kegiatan ekonomi selama berpekan-pekan sudah pasti akan menggerus pertumbuhan ekonomi dan menghambat upaya pemerintah mengentaskan kemiskinan di wilayah-wilayah yang menderita bencana asap paling parah, seperti Kalimantan Tengah.

Ketika asap menyebar, kegiatan perdagangan dan sekolah di wilayah terpaksa dihentikan. Banyak warga tak bisa mencari nafkah. Bahkan bagi warga miskin yang terkena penyakit ISPA, situasinya benar-benar ‘sudah jatuh tertimpa tangga pula’.  Sekitar 5 juta siswa kehilangan waktu belajar akibat penutupan sekolah pada tahun 2015.

Kebakaran hutan dan lahan pada 2015 lalu juga berdampak sangat besar kepada lingkungan. Lebih dari 2,6 juta hektare hutan, lahan gambut dan lahan lainnya terbakar atau 4,5 kali lebih luas dari Pulau Bali. Dampak pada wilayah yang terbakar termasuk hilangnya kayu atau produk non-kayu, serta sebagai habitat satwa. Meski belum dianalisa secara penuh, kerugian lingkungan terkait keanekaragaman hayati diperkirakan bernilai sekitar US$ 295 juta pada tahun 2015. Dampak jangka panjang terhadap kehidupan alam bebas dan biodiversitas belum sepenuhnya dikaji. Ribuan hektare habitat orang utan dan hewan yang hampir punah lainnya hancur dan butuh waktu sangat lama untuk pulih.

Kebakaran hutan dan lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan pada tahun itu menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca secara global.

Selama beberapa bulan hutan membara dan menyemburkan asap serta material ke atmosfer, kebakaran hutan dan lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan pada tahun itu menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca secara global. Pada bulan Oktober 2015, emisi per hari kebakaran hutan di Indonesia melebihi emisi karbon dari perekonomian Amerika Serikat atau lebih dari 15,95 juta ton emisi karbon dioksida per hari.

Belinda Margono dari Direktorat Invetarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring Pelaporan Verifikasi KLHK, pada Konferensi Iklim PBB COP21 di Paris, Prancis, Desember 2015, menyebutkan luas kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 mencapai 2.640.049 hektare dengan emisi yang dilepas ke atmosfer antara 0,8 dan 1,1 gigaton gas rumah kaca.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan pengarahan kepada peserta Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Rakornas Karhutla) Tahun 2017, di Istana Negara, pada 23 Januari 2017 mengatakan kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 mencapai Rp 220 triliun, termasuk dampak karena pembatalan penerbangan, perkantoran yang libur, maupun aktivitas ekonomi yang berhenti. “Sebuah angka yang sangat besar,” ujarnya.

Di sisi kesehatan, menurut Presiden, pada 2015 gangguan kesehatan yang ditimbulkan mencapai 504 ribu orang terutama anak-anak yang terkena ISPA.  Dampak lain yang ditimbulkan adalah hilangnya habitat keragaman hayati. “Ini juga dampak yang tidak bisa dihitung secara ekonomi. Besar sekali, hutan yang rusak diperkirakan 2,6 juta hektare. Kemudian juga yang berkaitan dengan liburnya sekolah, ini juga enggak bisa dihitung kerugian kita berapa. Berapa hari tidak sekolah, berapa minggu libur, atau berapa bulan libur,” Presiden Jokowi memaparkan.

Korban Jiwa dalam Jangka Panjang

Asap segera pergi dihembus angin, tapi dampak dari kebakaran hutan masih berumur panjang. Tim peneliti dari Harvard University dan Columbia University memperkirakan ada 100.300 kasus kematian dini yang dipicu oleh kebakaran hutan di Indonesia pada September-Oktober 2015. Angka itu meningkat dua kali lipat dibandingkan kejadian serupa pada September-Oktober 2006. Hasil riset mereka dipublikasikan di Environmental Research Letter pada 19 September 2016 dengan judul “Public health impacts of the severe haze in Equatorial Asia in September–October 2015: demonstration of a new framework for informing fire management strategies to reduce downwind smoke exposure”.

airy

Yang jadi korban terbesar, tentu saja warga wilayah Indonesia yang paling dekat dengan lokasi kebakaran. Tim peneliti Harvard University dan Columbia University memperkirakan, bakal ada 91.600 kematian dini ada di Indonesia, 2.200 kasus kematian di Singapura, dan 6.500 kasus kematian di Malaysia, akibat dampak jangka Panjang kebakaran hutan. Penelitian ini menggunakan observasi penyebaran asap yang dilihat melalui satelit. Tim ilmuwan di bidang kesehatan masyarakat dan atmospheric modelling ini meneliti jumlah kematian orang dewasa karena menghirup partikel padat pada asap dengan ukuran 2,5 Particulate Matter (PM 2,5).

Jika pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak berjalan maksimal, angka kematian dini yang ditimbulkan dapat mencapai angka 36 ribu jiwa per tahun di seluruh wilayah terdampak selama periode 2020 hingga 2030.

Jurnal terbaru yang ditulis tim gabungan peneliti dari universitas yang sama dengan judul “Fires, Smoke Exposure, and Public Health: An Integrative Framework to Maximize Health Benefits from Peatland Restoration,” yang terbit Juli 2019 ini menyebutkan, jika pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak berjalan maksimal, angka kematian dini yang ditimbulkan dapat mencapai angka 36 ribu jiwa per tahun di seluruh wilayah terdampak selama periode 2020 hingga 2030. Dari angka itu, 92 persen kasus kematian dini diperkirakan akan terjadi di wilayah Indonesia.

Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Nur Hidayati, menegaskan rusaknya ekosistem rawa gambut meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Dari laporan tahunan WALHI, Tinjauan Lingkungan Hidup Tahun 2019, terlihat setelah kebakaran hutan dan lahan besar-besaran pada 2015, jumlah titik api yang terpantau di lahan gambut turun tajam hingga tahun 2017. Namun pada tahun 2018, jumlah titik api justru menunjukkan peningkatan tajam hampir 10 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.  Apa yang terjadi?

Menurut perempuan yang akrab disapa Yaya ini, berbagai upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan saat ini sayangnya tidak menyelesaikan akar masalahnya. “Penegakan hukum hampir tidak menyentuh korporasi. Pada saat yang bersamaan, proses pemulihan ekosistem rawa gambut oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dibentuk pemerintah sejak awal 2016 lalu belum menyentuh pada kawasan konsesi korporasi,” kata Yaya. Penegakan hukum dan review terhadap perizinan perusahaan-perusahaan perkebunan dan perhutanan jadi hal krusial agar kebakaran hutan tak terus terulang.***

Halaman:
Reporter: Tim Riset dan Publikasi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...