Berdenyutnya Desa-desa Wisata di Kaki Borobudur

Hari Widowati
20 Juli 2019, 07:50
Wisatawan berkeliling candi Borobudur dengan menumpang Andong wisata di komplek Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, MAgelang, Jawa Tengah, Sabtu (8/6/2019). Pihak TWC Borobudur menyebut data pengunjung selama masa ramai lebaran 2019 ini sebanyak 388.327 p
ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN
Wisatawan berkeliling Candi Borobudur dengan menumpang andong wisata di komplek Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (8/6/2019).

Candi Borobudur yang ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 1991 harus dijaga kelestariannya. Terlalu banyak pengunjung bisa berdampak buruk pada candi. Oleh karena itu, pemerintah sengaja mengembangkan desa-desa wisata ini agar pengunjung bisa menikmati Candi Borobudur tanpa harus berduyun-duyun naik ke candi. "Pengunjung bisa menikmati Borobudur tanpa menyentuh kawasan candi," ujar pria yang akrab disapa Tio ini.

Lampion Waisak di Borobudur
Lampion Waisak di Borobudur (ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO)

Konservasi menjadi perhatian pemerintah dalam pengembangan pariwisata, khususnya di Borobudur yang menjadi salah satu dari empat destinasi super prioritas dalam program 10 Bali Baru. Tio mengatakan, lebih dari 4 juta pengunjung datang ke Borobudur setiap tahun. Ini potensi pasar yang besar bagi 20 Balkondes desa wisata di sekitar Borobudur. Mereka memiliki produk komoditas dan budaya yang bisa ditawarkan sebagai atraksi.

Aksesibilitas didukung oleh pembangunan jalan tol Trans Jawa dan tol Joglo-Semar. Selain itu, ada Bandara Adi Sucipto Yogyakarta dan Bandara Internasional Ahmad Yani di Semarang. Bandara New Yogyakarta International (NYIA) di Kulon Progo juga akan beroperasi penuh mulai 2020.

"Wisatawan Asia, Timur Tengah, dan Eropa bisa terbang langsung ke NYIA," ujar Tio. Sementara itu, homestay yang ada di desa-desa wisata akan menjadi pelengkap amenitas di kawasan Borobudur.

Menurut data Kementerian Pariwisata, pemerintah menyiapkan investasi US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun untuk pengembangan kawasan Borobudur. Pengembangan desa-desa wisata merupakan bagian dari upaya menyiapkan ekosistem pariwisata. "Di kawasan Borobudur investasi dilakukan oleh TWC. Kalau ekonomi lokal sudah tumbuh, investor akan masuk, misalnya investasi di restoran-restoran baru dan pusat cenderamata," ujarnya.

Konsep pemberdayaan masyarakat melalui desa-desa wisata diharapkan menjaga keseimbangan antara pendatang dengan masyarakat lokal. Masyarakat desa diberi kesempatan untuk maju agar tidak terpinggirkan dalam pengembangan pariwisata.

Edsus Pariwisata_Desa Wisata Gerabah di Borobudur
Desa Wisata Gerabah di Borobudur (ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN)

Hani mengatakan, dampak pengembangan desa wisata memang mulai dirasakan oleh masyarakat. Meski begitu, pengelola Balkondes masih menghadapi kendala dalam hal menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan di sektor jasa.

Solusi yang disiapkan Kementerian Pariwisata pendampingan dan pelatihan. Sepanjang tahun lalu, pelatihan sadar wisata dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) diberikan kepada 15 ribu masyarakat di sekitar kawasan wisata. Adapun sertifikasi profesi diberikan kepada 75 ribu orang.

(Baca: Di Tengah Tiga Kota, Magelang Jadi Mesin Penggerak Wisata Joglosemar)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...