PINA Targetkan Pendanaan Infrastruktur Rp 83 Triliun Tahun Ini
Proyek satelit yang akan dibantu pembiayaan melalui PINA saat ini masih dalam tahap lelang di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Nilai proyek satelit tersebut diperkirakan sebesar US$ 400-US$ 500 juta atau sekitar Rp 5,56 triliun-Rp 6,95 triliun. "Akhir bulan ini diumumkan pemenang lelangnya," kata dia.
(Baca: Istana Bantah Pembangunan Infrastruktur Hanya untuk Pilpres 2019)
Untuk proyek pariwisata, PINA akan membantu pembiayaan pariwisata di Labuan Bajo dan Mandalika. Dia memperkirakan potensi pembiayaan untuk mendorong kawasan pariwisata terpadu di Labuan Bajo mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,9 triliun.
Sementara di Mandalika, potensi pembiayaan mencapai US$ 300 juta atau Rp 4,17 triliun. Ini lantaran pembiayaan dilakukan hanya untuk mendorong pembangunan berbagai hotel di kawasan Mandalika. "Saya rasa kami hanya mengembangkan beberapa amenities," katanya.
Ekoputra mengatakan, sudah ada beberapa calon investor yang tertarik dengan keenam proyek tersebut. Mereka berasal dari Eropa, Amerika Utara, Tiongkok, Australia, dan dalam negeri. Mereka akan ditawari berbagai instrumen pendanaan, seperti Dana Investasi Real Estat (DIRE) dan Perpetuity Notes. Perpetuity notes adalah surat berharga yang diterbitkan tanpa ada jangka waktu pelunasan.
Pembayaran kuponnya pun dilakukan untuk selamanya. Alhasil, dana yang masuk dapat digunakan memperkuat ekuitas jangka panjang perusahaan. "Jadi yang namanya investor dia mendapat keuntungan, tapi dari sisi pemilik proyek dia akan mendapatkan permodalan," kata Ekoputro.
(Baca: BUMN akan Bentuk Joint Venture Investment Fund dengan Macquire Group)