Perusahaan JV Garuda Food Bidik Kenaikan Penjualan 15% Selama Ramadhan

Image title
Oleh Ekarina
30 April 2018, 21:28
Pabrik Snack Garuda Food Terancam Berhenti Beroperasi
Arief Kamaludin / Katadata
Perusahaan joint venture Garuda Food tahun ini menargetkan kenaikan penjualan double digit sama seperti 2017.

Menurut Adhi, hingga saat ini kondisi rupiah masih berada di ambang batas yang dapat ditoleransi. Namun ketika menyentuh level Rp 14.000 per dolar, industri menyebut bakal mencapai titik kritis.

Adhi pun berharap agar rupiah tetap stabil ke depannya. Menurut Adhi, stabilitas rupiah penting karena industri makanan dan minuman telah memiliki perencanaan dan kontrak tahunan dengan pihak luar.

"Kalau tiba-tiba melonjak naik itu kan agak repot juga," kata Adhi.

Menurut Adhi, untuk bisa mengantisipasi ini diperlukan adanya dorongan untuk meningkatkan ekspor. Hal ini untuk menutupi tingginya impor bahan baku dan energi yang akan terimbas pelemahan nilai tukar rupiah.

(Baca juga: Permintaan Dolar AS Membesar, Penyebab Kurs Rupiah Nyaris Rp 14 Ribu)

Hanya saja, nilai impor industri makanan dan minuman saat ini masih lebih tinggi dibandingkan ekspor. Adhi menjelaskan, neraca ekspor-impor industri makanan dan minuman pada 2017 defisit sebesar US$ 1,3 miliar, meski secara keseluruhan masih positif karena kontribusi sawit.

"Makanya beberapa perusahaan memikirkan bagaimana kami harus imbangi dengan ekspor sebanyak-banyaknya supaya bahan baku terimbangi," kata Adhi.

Adapun, ekspor dapat didorong dengan pemerintah memberikan dukungan bunga pinjaman, terutama ke pasar Asia. Menurut Adhi, saat ini banyak industri makanan dan minuman lokal yang telah masuk ke pasar India, China, Filipina, dan Jepang.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...