Neraca Dagang Defisit 3 Bulan Terakhir, BPS Peringatkan Pemerintah

Michael Reily
15 Maret 2018, 16:31
Pelabuhan ekspor
Arief Kamaludin | Katadata
BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Februari 2018 secara bulanan turun tipis 3,14% menjadi sebesar US$ 14,10 miliar

Menurut penggunaan barang secara bulanan, nilai impor Indonesia untuk bahan baku atau penolong turun 7,74% dan barang modal turun 9,19%. Meski yang juga menjadi catatan, impor barang konsumsi meningkat 1,36%. “Tentu akan berkontribusi perkembangan ekonomi,” katanya.

Sementara dari total impor non migas Indonesia per Februari 2018, Tiongkok masih menjadi importir terbesar dengan total pasar sekitar 29,09%, diikuti regional Asia Tenggara 20,14% dan Jepang 10,90%.

Menanggapi kinerja ekspor bulanan Indonsia yang masih relatif lemah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pun mengungkapkan bahwa ekspor bulan ke bulan memang cenderung melambat. “ Ini yang tidak bagus,” ujar Darmin.

Ia pun menyayangkan kinerja sektor migas yang tercatat tidak terlalu baik, meski pun masih mampu didorong oleh neraca nonmigas yang tercatat positif serta penurunan impor yang juga cukup tinggi.

(baca juga : Luput Garap Ekspor ke Pakistan dan Bangladesh, Jokowi Tegur Kemendag)

Guna memaksimalkan kinerja ekspor, Kementerian Perdagangan sebelumnya mengaku telah menyiapkan empat startegi untuk mendorong target pertumbuhan ekspor tahun ini yang dipatok sebesar 11%. Target tersebut diutarakan sekaligus menjawab teguran Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Kemendag terhadap kinerja Ekspor Indonesia yang monoton. Atas teguran itu, Kemendag juga menaikan target ekspor menjadi 11% dari sebelumnya 7%.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan strategi pertama yang akan dilakukan guna menggenjot ekspor adalah lewat upaya menyelesaikan perjanjian dagang. Hingga saat ini, mendag mencatat terdapat sekitar 17 perundingan perjanjian perdagangan Internasional yang akan diselesaikan, seperti Australia, European Free Trade Association (EFTA), Iran, Uni Eropa, dan Regional Comprehensive Economics Partnership (RCEP).

Strategi kedua, menurut Enggar adalah melalui misi perdagangan. “Pengusaha punya kemampuan sehingga tidak akan membebani APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara),” ungkapnya.

Strategi misi perdagangan juga perlu dibarengi dengan inovasi dalam perdagangan. “Misalnya dengan upaya barter atau counter-trade,” tuturnya.

Barter yang bisa dilakukan antara lain untuk produk komoditas unggulan seperti minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) bakal ditukar dengan komoditas yang Indonesia butuhkan. Dengan begitu, menurut Enggar, pasar non tradisional yang mengalami kesulitan devisa bisa melakukan perdagangan meski mengalami kesulitan pembayaran. "Sehingga kedua pihak bakal mendapatkan devisa," ujar dia.

Selain itu, pemanfaatan Indonesia Trade Promotion Center dan Atase Dagang Indonesia bisa menjadi strategi terakhir Kemendag. Sebab, atase perdagangan bukan saja agen pemerintah, tetapi juga bisa bertindak sebagai agen bisnis dan ahli pemasaran.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...