Fitch Ratings: Model Bisnis dan Regulasi Penyebab Tutupnya 7-Eleven

Pingit Aria
3 Juli 2017, 15:15
Gerai Sevel
Arief Kamaludin|KATADATA
Gerai Sevel tutup di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta, Jumat (23/6)

(Baca juga: Berjaya 6 Tahun, Kinerja Perusahaan 7-Eleven Meredup Sejak 2015)

Profil risiko bisnis ini secara signifikan berbeda dari minimarket lainnya, seperti Alfamart dan Indomaret, yang memberi penekanan lebih besar pada belanja bahan makanan. “Para peretail ini juga memiliki jaringan yang lebih besar (dibandingkan 7-Eleven) di Indonesia,” katanya.

Modern Internasional sebelumnya menyatakan akan menutup semua gerai 7-Eleven per tanggal 30 Juni 2017. Keputusan ini disebabkan oleh kurangnya sumber daya untuk mendanai operasional toko. Pengumuman tersebut dibuat beberapa pekan setelah rencana akuisisi 7-Eleven oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk gagal terlaksana.

Padahal, penjualan sektor retail oleh 7-Eleven sebelumnya berkontribusi sekitar 15 persen dari penjualan Modern Internasional. Ditutupnya sejumlah gerai pada akhirnya menyebabkan penurunan penjualan sebesar 28 persen dan kerugian EBITDA pada tahun 2016.

(Baca juga:  Nasib Merana Pegawai Hingga Tukang Parkir 7-Eleven Jelang Kebangkrutan)

Sementara, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, bangkrutnya 7-Eleven ini bukan hanya disebabkan oleh persoalan internal perusahaan. Menurutnya, hal ini lebih disebabkan karena sektor eksternal, yaitu aturan yang berlaku di Indonesia.

Menurutnya, pemerintah terlalu banyak memberi batasan bisnis, mulai dari larangan menjual minuman beralkohol hingga macam-macam ketentuan ekspansi. Sementara, dua tahun terakhir kondisi retail sedang lesu. "Jadi bukan hanya internal. Juga ada faktor eksternal yang menyebabkannya," ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...