Pertamina & Chandra Asri, Upaya Anyar Bangun Industri Petrokimia di RI

Sorta Tobing
26 Agustus 2020, 15:06
pertamina, chandra asri, industri petrokimia
katadata/Arief Kamaludin
Ilustrasi, pabrik petrokimia. Pertamina menandatangani head of agreement (HoA) pengembangan industri petrokimia dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Selasa (25/8).

Gencar Membangun Pabrik Petrokimia

Pembangunan pabrik petrokimia menjadi titik balik bisnis ini di Indonesia. Berbagai proyek pembangunannya dilakukan. Pabrik Chandra Asri Petrochemical dengan nilai investasi mencapai US$ 5,42 miliar telah rampung dan mulai beroperasi mulai Desember tahun lalu.

Lalu, PT Lotte Chemical Indonesia sedang membangun pabrik petrokimia dengan nilai investasi mencapai US$ 3,5 miliar. Pertamina juga menguasai PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha PT Tuban Petrochemical Industries pada 2019 lalu.

Selain itu, masih ada proyek pembangunan industri petrokimia hilir di bidang pupuk, yakni pembangunan Pabrik Kaltim-5,PKG II, Pusri IIB, Pabrik NPK, dan Pabrik NPK Fusion. Proyek tersebut diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor petrokimia di Tanah Air.

Pabrik baru Chandra Asri Petrochemical mampu memproduksi polyethyelene, bahan baku plastic, sebesar 1,19 ton per tahun. Dengan angkan ini, penghematan biaya impornya mencapai Rp 8 triliun per tahun.

Selain itu, pabrik perusahaan yang berlokasi di Cilegon ini memiliki kapasitas produksi ethylene sebesar 1,1 juta ton per tahun, propylene sebesar 550.000 ton per tahun, high density poly ethylene (HDPE) sebesar 450.000 ton per tahun, low-density polyethylene (LDPE) mencapai 300 ribu ton per tahun, dan linear low-density polyethylene (LLDPE) 50 ribu ton per tahun.

Akuisisi Pertamina hingga 96% terhadap TPPI juga diproyesikan mampu menggenjot produksi petrokimia dalam negeri hingga 80% dari kapasitas TPPI. Operasional kilangnya sanggup memproses 100 ribu barel per hari (bph) kondensat dan atau nafta, sekaligus memproduksi 61 ribu bph premium, 10 ribu bph HOMC 92 (Pertamax), 11.500 bph solar, dan LPG 480 metrik ton per hari.

Lewat berbagai proyek ini, Jokowi berharap Indonesia bisa bebas impor petrokimia pada 2024. Langkah ini juga dilengkapi dengan membangun pabrik katalis untuk memaksimalkan produksi industri, termasuk bisnis petrokimia.

Katalis dikenal dalam ilmu kimia sebagai zat yang dapat mempercepat laju reaksi kimia. Industri proses yang memerlukan katalis antara lain, industri kimia, petrokimia, pengilangan minyak dan gas, olekimia, hingga teknologi terbarukan berbasis biomassa dan minyak nabati.

Penyumbang bahan: Muhamad Arfan Septiawan (magang)

Halaman:
Reporter: Febrina Ratna Iskana
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...