Prabowo Panggil Menaker Yassierli hingga Sri Mulyani Bahas Nasib Pailit Sritex
Presiden Prabowo Subianto memanggil sejumlah menteri Kabinet Merah Putih ke Istana Merdeka Jakarta pada Selasa (29/10). Para menteri dipanggil untuk membahas kelanjutan nasib perusahaan garmen PT Sri Rejeki Isman atau Sritex yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang, Jawa Tengah.
Menteri yang memenuhi panggilan presiden antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli. Ketiganya hadir di Istana sekira pukul 13.45 WIB lewat gerbang 'pilar' yang menghadap ke Jalan Veteran, Jakarta.
Baik Yassierli, Sri Mulyani maupun Airlangga enggan memberikan keterangan ihwal pertemuan mereka dengan Presiden Prabowo. Meski begitu, Yassierli terlihat menggenggam sebuah map berisi bahan rapat bertuliskan 'Sritex'.
"Kalau dari kami, tentu harus mendukung bagaimana pegawai dari Sritex tetap bisa terlindungi," kata Yassierli di istana negara.
Dia menyebut, upaya untuk memperbaiki situasi Sritex harus melalui koordinasi lintas kementerian, seperti kementerian yang mengurusi bidang ekonomi, Kementerian BUMN hingga Kementerian Perindustrian. "Penyelamatan ini sifatnya harus lintas kementerian," ujar Yassierli.
Pengadilan Negeri Semarang memutuskan Sritex pailit dalam putusan dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg tertanggal Rabu, 28 Agustus 2024. Selain dinyatakan pailit, Sritex juga terancam didepak atau delisting dari Bursa Efek Indonesia. Hal itu lantaran sahamnya telah disuspensi lebih dari 30 bulan.
Selama 58 tahun, Sritex telah menjadi bagian dari industri tekstil di Indonesia. Sebagai perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, Sritex telah berkontribusi bagi Solo Raya, Jawa Tengah, dan Indonesia.
Manajemen Sritex mengatakan saat ini sekitar 14.112 karyawan SRIL terdampak langsung, bersama 50.000 karyawan dalam Grup Sritex. Selain itu, banyak usaha kecil dan menengah lainnya yang keberlangsungannya bergantung pada aktivitas bisnis Sritex.
Sritex memiliki sejumlah sangkutan utang pada bank-bank besar di Indonesia, salah satunya yaitu PT Bank Central Asia (BCA). Menelisik laporan kinerja terakhir Sri Rejeki Isman, perusahaan tercatat memiliki utang bersifat jangka pendek di BCA sebesar US$ 11,36 juta setara dengan Rp 177,74 miliar menggunakan kurs terbaru Rp 15.646 per dolar AS hingga Juni 2024.
Jika dibandingkan utang jangka pendeknya naik dari US$ 11 juta pada periode 31 Desember 2023. Selain itu, Sritex juga memiliki utang bank jangka panjang ke BCA sebesar US$ 71,98 juta setara Rp 1,12 triliun. Sehingga jika dikalkulasikan, Sritex mencatatkan utang kepada BCA sebesar Rp 1,24 triliun.