Produksi Naik, PMI Manufaktur Indonesia Kembali ke Level Ekspansif

Andi M. Arief
2 Januari 2025, 14:41
pmi manufaktur, manufaktur, industri
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Spt.
Pengunjung melihat produk industri manufaktur pada pameran Manufacturing Indonesia 2024 di JIXPO Kemayoran, Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Lembaga pemeringkat, S&P Global, mendata indeks manajer pembelian PMI manufaktur Indonesia melonjak 1,6 poin secara bulanan menjadi 51,2 per Desember 2024. Peningkatan tersebut disebabkan oleh optimisme para pelaki industri terhadap potensi peningkatan permintaan pada tahun ini.

"Perekonomian manufaktur Indonesia berakhir dengan catatan positif pada 2024 dengan meningkatnya PMI pertama kalinya sejak pertengahan tahun lalu seiring tumbuhnya penjualan dan kapasitas produksi per Desember 2024," kata Direktur S&P Global Market Intelligence Paul Smith dalam keterangan resmi, Kamis (2/1).

PMI merupakan indeks yang menunjukkan performa sektor manufaktur sebuah negara. Secara rinci, index di bawah 50,0 poin menunjukkan kondisi kontraksi sektor manufaktur, sedangkan index di atas 50,0 menunjukkan kondisi ekspansif.

Tren ekspansif sektor manufaktur Indonesia berakhir pada Juli 2024 seiring dengan susutnya PMI Indonesia ke level 49.3. Ketika itu, indeksnya tercatat di atas 50,0 selama 34 bulan berturut-turut atau sejak September 2021.

Smith menemukan sebagian perusahaan industri memproyeksikan peningkatan produksi dalam beberapa bulan ke depan. Mayoritas perusahaan mengantisipasi peningkatan produksi pada tahun ini dengan meningkatnya stabilitas ekonomi makro dan proyeksi perbaikan daya beli.

Ia juga menyampaikan kenaikan produksi bulan lalu juga ditandai peningkatan serapan tenaga kerja. Pertumbuhan ini akibat peningkatan produksi yang terakhir kali terjadi pada Mei 2024.

Walau demikian, Smith mengatakan sektor manufaktur Indonesia tetap terpukul oleh kenaikan harga bahan baku akibat pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sebagian perusahaan industri telah menaikkan harga jual produknya ke konsumen. "Tingkat inflasi pada Desember 2024 naik, namun pertumbuhan inflasi tertinggi terjadi pada Agustus 2024," katanya.

Respon Asosiasi

Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia atau Gapmmi menemukan lebih dari 50% industri makanan dan minuman memilih untuk menggerus margin daripada meningkatkan harga jual. Sebab, daya beli masyarakat pada bulan lalu masih belum pulih.

Ketua Gapmmi Adhi S Lukman mengakui pelemahan rupiah telah mendorong kenaikan harga beli bahan baku impor per Desember 2024. Sebagian kecil industriawan memilih untuk menaikkan harga jual produknya untuk mempersiapkan arus kas dalam memenuhi kenaikan upah minimum sebesar 6,5% mulai bulan ini

Adhi menyebut kenaikan upah minimum sebesar 6,5% pada bulan ini akan meningkatkan daya beli masyarakat. Akan tetapi, peningkatan daya beli tersebut hanya akan dinikmati pekerja formal yang mencapai 60,81 juta orang atau 42,05% dari total orang yang bekerja.

Ia menduga lebih dari 55% pekerja di sektor informal tidak akan menikmati kebijakan peningkatan upah minimum. Sebab, pemerintah tidak menegakkan ketentuan upah minimum pada industri informal.

Dalam proyeksinya, PMI manufaktur Indonesia akan terus positif sepanjang kuartal pertama tahun ini. Hal tersebut didorong oleh peningkatan permintaan untuk menyambut Ramadan 2024.

"Saya kira PMI Indonesia akan terus positif sampai akhir lebaran, siklusnya memang seperti itu. PMI akan sedikit turun setelah Lebaran 2025 sebelum kembali naik pada pertengahan tahun ini," kata Adhi.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...