Resmi Setop Dana ke WHO, Ini Kontroversi Trump Lain Terkait Covid-19

Image title
15 April 2020, 12:04
Joshua Roberts Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengerutkan mulutnya saat mendengar sebuah pertanyaan dalam arahan singkat harian satuan tugas virus korona (COVID-19) di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Sabtu (4/4/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Joshua Roberts/aww/cf
Joshua Roberts Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengerutkan mulutnya saat mendengar sebuah pertanyaan dalam arahan singkat harian satuan tugas virus korona (COVID-19) di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Sabtu (4/4/2020).

Kini, tiga bulan sejak Trump mengeluarkan pernyataan itu, Amerika Serikat mejadi negara dengan jumlah korban positif Corona terbanyak di dunia. Data John Hopkins University and Medicine terbaru (15/4) menyatakan 609 ribu lebih orang terinfeksi Corona di Amerika Serikat. 26 ribu lebih di antaranya meninggal dunia. Kasus meninggal terbanyak berada di New York dengan 7.905 orang.

Sampai saat ini, Amerika Serikat telah melakukan lebih dari 3 juta tes Corona. Terbanyak dilakukan di New York sebagai kota paling terdampak, yakni 499,143 orang telah dites.

(Baca: Luhut Disorot Bandingkan Kematian Covid-19 di Indonesia dengan AS)

Menyebut Corona Sebagai “Virus China”

Pada 17 Maret, Trump menyebut virus Corona sebagai “virus China”. Pernyataan ini disampaikan Trump melalui akun twitter pribadinya. Dalam cuitannya, mulanya ia meminta kepada penduduk Amerika Serikat agar menjaga diri dan bahu membahu melawan virus Corona. “Bersama kita akan kuat dan mengatasi virus ini,” katanya.

Sebutan “virus China” muncul di cuitan selanjutnya yakni, “Amerika Serikat akan mendukung industri, seperti maskapai penerbangan dan lainnya, yang sangat terpengaruh oleh virus China.”

Pernyataan Trump tersebut memantik kontroversi lantaran dianggap rasis dan tak memiliki empati kepada korban virus Corona di Tiongkok dan wilayah dunia lainnya. Pemerintah Tiongkok pun merespons ucapan Trump dengan menuduh balik Amerika Serikat yang menyebarkan virus Corona ke negerinya. Sebab, menurut mereka, pasien nomor nol ternyata bukan berasal dari Tiongkok.

Alih-alih menarik omongannya, Trump justru membela diri dengan menyatakan pemerintah Tiongkok telah asal menuduh negaranya sebagai penyebar virus Corona. “Daripada harus berargumen, lebih baik saya mengatakan asal wabah itu dari mana, yaitu China,” kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, sehari setelah ucapannya menjadi kontroversial.

(Baca: Kasus Positif Corona AS 600 ribu, Trump Ancam Lagi Tarik Dana di WHO)

Menyebut Klorokuin Bisa Obati Corona

Selanjutnya, adalah Trump menyebut klorokuin sebagai obat yang mampu menyembuhkan Corona. Hal ini dikatakan Trump di pekan sama dengan saat ia menyebut Corona sebagai “virus China” dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Ia bahkan mengklaim badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui penggunaan klorokuin sebagai obat Corona.

Akan tetapi, bukannya menyembuhkan malah klorokuin membuat sepasang suami istri di Arizona keracunan. Melansir Forbes, si suami yang berusia 68 tahun meninggal setelah mengonsumsi obat tersebut dalam jumlah kecil. Sementara istrinya mesti mendapat perawatan intensif karena efek yang dideritanya usai meminum klorokui. Si istri yang berusia 61 tahun menyatakan, keputusannya meminum klorokuin bersama suaminya diambil setelah mendengar ucapan Trump.

Belakangan, FDA melalui komisionernya Dr. Stephen M. Hahn membantah pernyataan Trump bahwa pihaknya telah mengeluarkan izin penggunaan klorokuin sebagai obat Corona. Seperti dilansir New York Times, ia menyatakan keberhasilan klorokuin dalam menyembuhkan Corona masih sebatas uji laboraturium belum uji klinis.

(Baca: Krisis Pangan Dunia Menghantui Indonesia)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...