Penangkapan Profesor Harvard dan Program Seribu Ilmuan Tiongkok

Martha Ruth Thertina
8 April 2020, 16:44
corona, konspirasi corona, profesor Harvard, Profesor Harvard Ditangkap
ANTARA FOTO/REUTERS/cnsph
Para pekerja memakai baju pelindung melakukan tes RNA pada spesimen di dalam laboratorium di pusat pencegahan dan kontrol penyakit, saat negeri tersebut sedang terjadi penularan virus korona baru, di Taiyuan, provinsi Shanci, China, Jumat (14/2/2020).

(Baca: Perbankan di Bawah Bayang-bayang Krisis Imbas Pandemi Corona)

Sedangkan beberapa fakta lainnya juga menunjukkan lemahnya keterkaitan Lieber dengan corona. Lieber bukan ahli biologi dan bukan ahli virus. Ia adalah nanoscientist atau ilmuan yang mempelajari dan mengembangkan material sangat kecil berukuran nanometer atau seper-satu miliar meter. 

Di sisi lain, WUT, tempat di mana Lieber bekerja di Tiongkok, utamanya adalah sekolah teknik yang fokus pada subjek seperti pengetahuan tentang material, transportasi, dan logistik. Mengacu pada daftar proyek penelitian di WUT, tidak ada penelitian terkait virus di universitas tersebut.

Adapun dalam kontrak tiga tahun Lieber pada program “Thousand Talents Plan” Tiongkok, lingkup kerjanya selayaknya kerja ilmuan akademik, yaitu publikasi di jurnal-jurnal ilmiah teratas, memberikan saran untuk mahasiswa, hingga mengorganisasi konferensi. 

Program Agresif “Thousand Talents Plan” Tiongkok

Mengacu pada artikel dalam situs jurnal ilmiah Nature, pemerintah Tiongkok mengumumkan program bernama “Thousand Talents Plan” pada 2008. Program ini menjadi langkah agresif Tiongkok dalam mengembangkan penelitian di dalam negerinya.

Awalnya, program ini ditujukan untuk menarik pulang para peneliti, akademisi, dan wirausahawan sukses asal Tiongkok yang berada di luar negeri. Namun, pada 2011, program ini berkembang menjadi bukan hanya menarik pulang orang-orang Tiongkok yang berbakat, tapi mengajak masuk para ilmuan asing.

Yang ditarget adalah para profesor dan kepala ilmuan. Ini mengacu pada tingginya kriteria bagi orang yang bisa mengikuti program ini. Satu dekade setelah peluncuran program tersebut, lebih dari 7 ribu orang dilaporkan telah ikut serta.

(Baca: Peneliti Tiongkok: Virus Corona Bermutasi, Bisa Bertahan 49 Hari)

Pemerintah Tiongkok memberikan insentif finansial yang besar. Dalam pemberitaan pada 2018 lalu, para pelamar yang sukses disebut bisa mengharapkan bonus awal sebesar 1 juta yuan, dan peluang untuk mengajukan dana riset berjumlah Rp 3-5 juta yuan. Dengan kurs saat ini, maka 1 juta yuan setara Rp 2,3 miliar.

Sedangkan ilmuan asing memperoleh insentif tambahan seperti subsidi akomodasi, tunjangan makan dan relokasi, bayaran untuk mengunjungi rumah, dan biaya pendidikan yang disubsidi. Institusi pendidikan yang menerima para ilmuan ini juga diwajibkan mencarikan pekerjaan untuk pasangan sang ilmuan, atau menyediakan gaji dengan standar lokal.

Pada 2019, program ini digantikan dengan program rekrutmen ahli asing lainnya. Tujuannya lebih spesifik, para ahli asing tersebut didatangkan untuk berkontribusi dalam pengembangan sci-tech alias ilmu pengetahuan berbasis teknologi di berbagai bidang.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...