Para Peneliti Berpacu dengan Waktu Ciptakan Vaksin Virus Corona

Hari Widowati
30 Januari 2020, 06:05
vaksin virus corona, cara pengobatan virus corona, penelitian vaksin corona, wabah virus corona Wuhan, Tiongkok
ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter
Sejumlah perawat memakai pakaian pelindung di RS First People di Yueyang, Provinsi Hunan, yang berdekatan dengan Provinsi Hubei, yang diisolasi sebagian akibat wabah virus corona baru.

Sementara itu, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular di NIH, Anthony Fauci, mengatakan ia mengharapkan penelitian vaksin dapat dilakukan dengan cepat. “Jika tidak mengalami hambatan yang tidak terduga, kita bisa menjalankan uji coba fase 1 dalam tiga bulan ke depan, ini akan menjadi rekor tercepat,” katanya seperti dikutip New York Times.

(Baca: TNI AU Siapkan Tiga Pesawat untuk Evakuasi WNI yang Terjebak di Wuhan)

Uji Coba Perlu Waktu

Selaras dengan hal tersebut, ilmuwan Hong Kong juga mengerjakan vaksin dan mengisolasi virus jenis baru itu. “Kami sudah memproduksi vaksin, tetapi akan membutuhkan waktu lama untuk mengujinya pada hewan,” kata Yuen, pimpinan Unit Penyakit Menular di Universitas Hong Kong, seperti dikutip South China Morning Post.

Seperti diberitakan Market Watch, setidaknya ada tiga cara untuk mengobati virus, yaitu mengembangkan vaksin, diagnostik, serta terapi. Secara historis, vaksin telah menjadi salah satu solusi terbesar untuk mencegah penyakit di masyarakat. Namun, terlepas dari perkembangan teknologi yang membantu peneliti bergerak lebih cepat, pengembangan vaksin tetap membutuhkan proses yang mahal dan berisiko.

(Baca: Jepang Ingatkan Risiko Ekonomi Negaranya Akibat Virus Corona )

Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun karena vaksin harus menjalani pengujian ekstensif pada hewan dan manusia. Pengembangan vaksin untuk virus Zika pada 2015 misalnya, peneliti membutuhkan waktu hingga enam bulan.

“Vaksin mungkin tidak membantu pada tahap awal tersebarnya virus, tetapi jika kita dapat mengembangkan vaksin tepat waktu, nantinya mereka akan menjadi aset,” kata Kepala Eksekutif CEPI, Richard Hatchett, seperti dikutip New York Times.

Penulis : Destya Galuh Ramadhani (Magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...