Ada Petir di Letusan Gunung Taal, Berikut Ini Penjelasan BMKG
Teori kedua menyebutkan, ketika gunung berapi meletus, gunung berapi mengeluarkan partikel abu panas, uap, dan gas. Partikel mula-mula netral kemudian bertabrakan satu sama lain sehingga mentransfer muatannya dan berubah menjadi massa positif atau negatif. Ketika partikel debu vulkanik bertabrakan satu sama lain, terjadi ionisasi pemisahan muatan dengan proses aerodynamic sorting.
"Pemisahan muatan positif dan negatif terjadi melalui awan vulkanik yang menyebabkan awan tersebut bermuatan positif di salah satu ujungnya dan negatif di ujung yang lain," kata BMKG. Pemisahan ini berlanjut sampai melewati batas dan listrik mulai mengalir di antara kedua muatan yang berbeda, sehingga menyebabkan terjadinya petir saat letusan gunung berapi.
(Baca: Kaleidoskop 2019 dan Empat Jenis Bencana yang Mengancam pada 2020)
Ada pula teori lain yang berpendapat bahwa partikel yang lebih besar mungkin memiliki muatan positif sedangkan partikel yang lebih kecil memiliki muatan negatif. Partikel yang besar jatuh lebih cepat sehingga memungkinkan terjadinya pemisahan yang diperlukan untuk menghasilkan petir.
Menurut penelitian, aktivitas erupsi gunung berapi bukan pemicu langsung terjadinya petir. Meskipun tidak terjadi erupsi utama, bukan berarti kejadian petir memiliki kuantitas yang paling besar.
Erupsi Gunung Taal ini merupakan erupsi pertama setelah beberapa dekade terakhir. Sekitar enam ribu warga setempat telah dievakuasi dari wilayah Gunung Taal. Status gunung berapi tersebut memasuki level empat, yang menunjukkan level berbahaya bagi warga di radius 8 km, karena erupsi yang mengandung lava bisa terjadi dalam hitungan jam atau hari.
(Baca: Gunung Merapi Erupsi, Hujan Abu Melanda 2 Desa di Magelang)