Tes Imunitas Corona dan Harapan Ekonomi Kembali Berputar

Martha Ruth Thertina
20 April 2020, 18:59
tes corona, corona, virus corona, herd immunity, imunitas, tes imunitas corona, tes serologi
ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar/wsj/cf
Seorang perawat menghapus air matanya di luar NYU Langone Medical Center di Manhattan saat Polisi New York (NYPD) dan unit lainnya datang untuk menyemangati dan berterima kasih, Kamis (16/4/2020).

Berdasarkan data John Hopkins per 20 April 2020, terdapat 2,4 juta kasus positif corona yang dilaporkan dari seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 632 ribu sembuh, dan hampir 166 ribu meninggal.

Tiongkok yang menjadi episentrum awal virus corona telah melaporkan temuan pasien corona yang sembuh terinfeksi kembali. Dugaan yang berkembang dari mulai tes sebelumnya tidak akurat hingga imunitas yang belum terbentuk. Sejauh ini, dikutip dari Wallstreet Journal, negala lainnya, Korea Selatan, telah mencatatkan seratusan kasus infeksi kembali.

Prediksi Akhir Corona, Dengan atau Tanpa Imunitas Permanen

Banyak peneliti telah membuat prediksi akhir pandemi corona, yang terkini para peneliti Harvard. Mereka menggunakan data betacoronavirus yang ada di AS untuk memprediksi gelombang penyebaran virus corona, dengan memperhitungkan juga kemungkinan pembentukan imunitas.

Para peneliti Harvard tersebut -- Stephen M. Kissler, Christine Tedijanto, Edward Goldstein, Yonatan H. Grad, dan Marc Lipsitch -- memprediksi gelombang baru penyebaran virus corona saat musim dingin, setelah gelombang besar pertama.

(Baca: Munculnya 10 Peluang Bisnis Baru dari Hidup "Normal" di Masa Pandemi)

Bila imunitas yang terbentuk seiring waktu bersifat permanen, virus akan hilang dalam lima tahun, atau lebih setelah puncak pandemi. Jika imunitas tidak permanen, maka virus ini akan mengalami sirkulasi reguler seperti influenza.

Dengan prediksi adanya gelombang lanjutan corona, para peneliti merekomendasikan pemberlakuan jarak sosial secara putus-putus (intermitten distancing). Ini guna mencegah fasilitas perawatan kritis mengalami kelebihan kapasitas.

Intermitten distancing kemungkinan diperlukan hingga 2022, kecuali fasilitas perawatan kritis meningkat secara substansial atau tersedianya vaksin,” demikian tertulis dalam laporan tersebut.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...